Merana dan menderita. Itulah potret kehidupan umat Muslim Rohingya yang tinggal di Myanmar. Etnis Rohingya merupakan keturunan Bengali, Panthay – Muslim Burma-Cina. Sejak abad ke-7 M, mereka telah tinggal di Arakan – sebuah wilayah dengan luas 14.200 mil persegi – terletak di Barat Myanmar.
Kini, mereka hidup dalam tekanan junta militer Myanmar yang bengis dan kejam. Penindasan, penganiyaan hingga pembunuhan biasa dialami Muslim Rohingya. Junta Militer Myanmar memperlakukan Muslim Rohingya tak lebih dari dari sekadar binatang. Meski mereka adalah penduduk Arakan, namun Junta tak mengakui kewarganegaraan mereka.
Sejak abad ke 7 M, mereka telah tinggal di Arakan - sebuah wilayah dengan luas 14.200 mil persegi di Barat Myanmar.
Tak cuma itu, mereka pun tak bisa melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain di negaranya secara leluasa. Tanpa izin dari Junta Militer, jangan harap seorang Muslim Rohingya bisa melakukan mobilitas secara horizontal. Mereka pun tak bisa berbisnis atau membuka usaha.
Jangankan untuk usaha, hasil pertanian dan perikanan yang mereka peroleh dikenakan pajak yang sangat tinggi. Tak jarang, hasil keringat mereka disita secara paksa sebagai hukuman lantaran tak mampu membayar pajak. Junta Militer pun membatasi para pelajar Rohingya agar tak bisa mendapatkan pendidikan tinggi. Mereka dilarang kuliah baik di dalam maupun di luar negeri.
Banyak dari Muslim Rohingya yang tak berdaya dijadikan buruh paksa. Mereka pun tak diperbolehkan menjalankan keyakinan mereka sebagai seorang Muslim. Ratusan masjid dan madrasah di wilayah itu telah dihancurkan penguasa yang lalim. Alquran yang mereka jadikan pegangan hidup telah dinjak-injak dan dibakar para tentara bengis yang tak beradab.
Perlakuan tak manusiawi itu telah membuat Muslim Rohingya berontak. Satu-satunya, cara untuk menyelamatkan hidup dan keyakinannya sebagai Muslim adalah melarikan diri dari tanah kelahirannya. Organisasi PBB yang mengurusi masalah pengungsi, UNHCR mengungkapkan, jumlah pengungsi yang Rohingya yang tinggal di dua kamp UNHCR Bangladesh mencapai 28 ribu orang.
Di luar kedua kamp itu, terdapat tak kurang dari 200 ribu pengungsi Muslim Rohingya yang tak terdata. Mereka memilih hidup sebagai manusia perahu. Umat Muslim yang terusir dari tanah kelahirannya itu memilih tinggal di perahu kecil yang terapung di pantai.Selain mengungsi ke Bangladesh, mereka juga menjadikan Thailand, Malaysia dan Indonesia sebagai tempat pelarian. Beberapa waktu lalu, Muslim Rohingya itu sempat diselamatkan dari amukan gelombang laut di Sabang, Aceh. Mereka ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan – kelaparan dan kehausan.
Tak mudah bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak di negara lain. Bahkan, saat terdampar di Thailand, pengungsi Muslim Rohingya juga diperlakukan secara biadab oleh tentara negeri itu.Seorang pelancong asal Australia yang menolak dipublikasikan identitasnya menyaksikan kekejaman angkatan Laut Thailand. Turis itu kepada CNN mengisahkan, sejumlah pengungsi Muslim Rohingya, dibantai aparat ketika akan berlabuh di Kepulauan Similan — sebuah pulau tempat wisata diving.
Organisasi berita Thailand juga melaporkan, sejumlah Muslim Rohingya itu meninggal dan yang masih hidup dipaksa untuk kembali ke laut, tanpa air dan makanan. Sumber lainnya menyebutkan, ratusan pengungsi Muslim Rohingya ditahan di pulau Sai Daeng, dekat pelabuhan Ranong.Juru Bicara UNHCR, Ron Redmon mempertanyakan nasib pengungsi Muslim Rohingya yang singgah ke Thailand. ”Menurut informasi, sebuah kapal berisi 80 warga Rohingya berlabuh di Pulau Koh Sai Daeng. Sebanyak 46 lainnya telah ditahan otoritas militer Thailand, sekarang di mana mereka?” tegas Redmon.
UNHCR mendesak agar pemerintah Thailand menghormati HAM para pengungsi Muslim Rohingya. Organisasi PBB itu pun meminta agar negeri gajah Putih itu memberi akses bagi para pengungsi. ”Mereka membutuhkan perlindungan internasional,” papar Redmon.Meski, militer Thailand membantah telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan, petinggi Senat negeri itu berjanji akan mengusut kasus pelanggaran HAM yang dilakukan tentaranya terhadap pengungsi Muslim Rohingya. Senat akan meminta penjelasan dan pertanggungjawaban dari para petinggi militer.Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva pun telah menjanjikan sebuah investigasi atas kasus yang sangat tak manusiawi itu. Sungguh malang nasib Muslim Rohingya. Pedulikah kita?(Republika)