View Full Version
Rabu, 15 Jul 2009

Cina Culik Ahli Ekonomi Uighur

(voa-islam.com) - Sejak sepekan lalu, Ilham Tohti menghilang dari rumahnya di Beijing. Ekonom beretnik Uighur ini kemungkinan ditangkap pemerintah Cina dan kini mendekam di Penjara.

Sebelum menghilang, Ilham sempat menelepon seorang teman. Ia mengatakan akan ditangkap. Setelah itu, tak ada lagi kabar mengenai keberadaan Ilham. Seorang juru bicara Biro Keamanan Publik Beijing, mengatakan tak mengetahui mengenai kasus hilangnya Ilham. Selama ini, Ilham memang kritis terhadap pemerintah Cina.

Pada bulan-bulan terakhir ini, Ilham kian mempertajam kritiknya atas kondisi di Xinjiang. Terutama diskriminasi yang dialami kaumnya. Maka pada Selasa, (14/7), lebih dari 100 penulis dan intelektual Cina mendesak pemerintah membebaskan Ilham.

”Profesor Ilham Tohti merupakan seorang intelektual Uighur yang mengabdikan dirinya untuk mewujudkan persahabatan antar etnik.” demikian surat yang ditandatangani penulis dan intelektual Cina itu.

Ilham Tohti, ujar mereka dalam surat tersebut, merupakan figur yang selalu berupaya untuk menghilangkan konflik antaretnik di Xinjiang. ”mestinya, dia tak ditangkap sebagai seorang kriminal.”

Selama ini, kata mereka, Ilham tak melakukan kejahatan. Dalam suratnya, para penulis dan intelektual itu juga mengatakan situs yang didirikan Ilham, Uighurbiz.cn yang berbahasa Cina, menjadi forum tentang kehidupan dan pandangan orang-orang Uighur. Ini merupakan situs bagi dialog antar etnik Han dan Uighur.

Surat ini juga ditandatangani oleh Wang Lixiong, seorang aktifis demokrasi Cina dan diposting dalam versi internasional di bulloger.com. ”Penandatanganan terus berlanjut dan semakin banyak orang yang mendukungnya.” kata Woeser, penulis kelahiran Tibet dan seorang blogger.

Sehari setelah kerusuhan di Urumqi, Xinjiang, Gubernur Xinjiang, Nur Bekri, menyatakan situs yang didirikan Ilham itu menjadi pemicu kerusuhan.

Kerja akademis Ilham, diawalinya dengan fokus pada bagaimana kebijakan Cina mendorong etnik Han masuk ke Xinjiang. Dalam pandangan dia, kebijakan tersebut telah merugikan dan memarjinalkan Uighur yang telah terlebih dahulu ada di Xinjiang. (sumber: Koran Republika, Rabu, 15 Juli 2009, hal. 10)


latestnews

View Full Version