PM Hun Sen berjanji akan mengizinkan pelajar Muslimah mengenakan jilbab ke sekolah. Keputusan ini berlaku efektif pada tahun ajaran baru sekolah. Bahkan pemerintah juga mengizinkan memakai pakaian tradisional ke sekolah. "Kami terbuka bagi siswa yang meyakini agama yang berbeda," ujar Wakil Menteri Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga - Chey Chap.
Sebelumnya, para siswa Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, harus memakai seragam sekolah standar yang ditetapkan sekolah, biasanya terdiri atas kemeja dan sepasang celana panjang. Kebijakan ini memaksa banyak siswa Muslim, terutama anak perempuan, tidak mengikuti sekolah. Namun ada pula beberapa sekolah yang membolehkan para siswi Muslim berjilbab.
"Pada saat ini, para siswa Muslim Khmer tidak memakai pakaian tradisional di sekolah, tapi mereka masih memakai kerudung yang dipakai menutupi rambut," ujar Dy Tep Kosal, Direktur SMP Chea Sim Cham Reun Roth, dimana siswa Muslim mencapai hampir 40 %.
Keputusan pemerintah ini disambut gembira masyarakat Muslim Kamboja. "Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap siswa Muslim, dan ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada banyak murid Muslim Khmer di
dalam sistem pendidikan," kata Zakarya Adam, sekretaris negara di Kementrian Kebudayaan dan Agama.
Abdul Halim Kasim, seorang mahasiswa Muslim di Norton University, menilai keputusan itu keluar pada waktu yang tepat untuk para siswi Muslim. Dan ini merupakan penghargaan tertinggi akan hak asasi manusia, dimana seseorang diberikan kebebasan menjalankan keyakinannya tanpa mendapat hambatan dari penguasa. Sikap ini sangat berbeda jauh dengan pemerintahan di barat yang konon sangat menjunjung tinggi HAM dan demokrasi tetapi melarang pelajar Muslimah berjilbab ke sekolah.(sal/voa-islam dari berbagai sumber)