Salah satu pemimpin kelompok bersenjata Islam yang sedang bertempur dengan pasukan keamanan di Nigeria selatan menyatakan mereka akan melanjutkan serangan mereka terhadap para polisi sebagai pembalasan atas tewasnya para warga Muslim di Jos dan Bauchi.
Boko Haram menahan sembilan polisi dan empat personel tentara, kata pemimpin kelompok tersebut Ibrahim Khalil Zarkawi untuk wilayah Yobe, Azare dan Kano kepada jurnalis dari RFI Hausa. Ibrahim mengatakan dua diantara polisi tersebut adalah perempuan.
Pertempuran antara gerilyawan Islam dan polisi yang berawal hari Ahad lalu
sekarang mulai menyebar ke empat negara bagian di Nigeria utara. Selama pertempuran tersebut 300 orang telah meregang nyawa.
"Kami menyerang polisi sebab mereka membunuhi saudara-saudara kami di Jos dan Bauchi", kata Ibrahim Zarkawi kepada RFI. "Tidak ada kepemimpinan yang bagus di Nigeria. Orang-orang Muslim dibunuh tiap hari dan pihak berwenang sama sekali tidak berbuat untuk menghentikan hal tersebut. Itulah alasan kenapa kami akan membalas dendam terhadap para polisi, karena mereka satu-satunya yang membunuhi saudara-saudara kami".
Zarkawi, yang berbicara dari jalan Potiskum-Damaturu di negara bagian Yobe menyatakan kelompoknya sebelumnya telah menyatakan keluhan terhadap pemerintah.
"Kami sudah melakukan itu, namun pengadilan sama sekali tidak merespon atas petisi kami", kata Zarkawi. "Semuanya diam saja. Pemimpin kami juga tidak mengatakan apapun - presiden kami menolak bertindak apapun. Sedang polisi semakin kuat posisinya untuk membunuhi kami. Itulah sebabnya kami memutuskan untuk melakukan tindakan hukum dengan tangan-tangan kami, karena kami sudah cukup menderita".
"Kami punya persenjataan yang cukup untuk melakukan serangan. Pada saatnya kami akan menutup kota Borno. Kami tidak akan berhenti hingga tercapai misi kami, dan kami punya Allah disisi kami. Polisi mengklaim telah membunuh 150 anggota Boko Haram. Itu tidak benar sama sekali. Kami masih utuh dan kami akan melanjutkan serangan.
Zarkawi mengakui bahwa penduduk tak berdosa ikut menderita, namun ia menyalahkan pemerintah karena pemerintah gagal menyelesaikan awal mula masalah.
"Pemerintah melakukan hal sama terhadap kami. Presiden kami, ia seorang Muslim, ia menolak bertindak menghentikan proses pembantaian warga Muslim di Jos dan Bauchi.
"Kami ingin memberitahu kepada pemerintah bahwa kalian tidak perlu memberi kami uang untuk melakukan perjanjian dengan kami".
[zq/voa-islam/RFI]