Lima orang pemuka agama telah di tembak mati pada sebuah masjid di wilayah Puntland, Somalia, kata para saksi mata dan pejabat.
Pria bertopeng menyeret orang-orang Pakistan tersebut keluar dari mesjid setelah melaksanakan shalat pada hari Rabu dan menembak mereka, kata seorang pejabat polisi.
Pemerintah setempat telah memasukkan seorang sebagai buronan karena pembunuhan tersebut, katanya.
Tidak jelas kenapa laki-laki, yang tiba di kota Galkayo pada hari Rabu tersebut, di buru.
kedutaan besar pakistan di di negara tetangga, Kenya, mengatakan sedang mengadakan penyelidikan terhadap pembunuhan tersebut.
Abdurahman Mohamed Farole, Presiden Puntland yang mendeklarasikan dearah tersebut berstatus semi otonomi pada tahun 1998, mengutuk kejadian tersebut dan menyebutnya sebagai "sebuah kejadian yang mengerikan."
"Kami masih menyelidiki siapa yang berada di balik kejadian tersebut." katanya.
kematian-kematian tersebut terjadi menyusul pembunuhan Menteri Informasi Puntkand di Galkayo minggu lalu.
Unsur-unsur Anti Islam
Khatib-khatib Pakistan termasuk kelompok muslim yang di kenal sebagai Jamaah Tabligh, kata Sheikh Mohamed Abdi, Seorang juru bicara bagi kelompok Jamaah Tabligh di wilayah itu.
"Kelompok ini tidak pernah menganjurkan kekerasan dan pembunuhan bertentangan dengan ajaran islam," katanya.
"Kelompok ini tidak pernah menganjurkan kekerasan dan pembunuhan bertentangan dengan ajaran islam," katanya.
Pejuang anti pemerintah Somalia, Al-Sahab di salahkan oleh kelompok Jamaah Tabligh atas kematian pelajar islam, para orang tua, para pedagang dan lawan-lawan lainnya di masa lalu-yang juga mengutuk pembunuhan itu.
"Ini adalah suatu hal yang buruk dalam sejarah Somalia sebab pembunuhan pemuka agama tidak di kenal diantara komunitas Somalia," kata juru bicara kelompok tersebut di Mogadishu.
"Ini adalah serangan yang di lakukan oleh unsur-unsur anti islam."
Sebuah laporan oleh Internasional Krisis Group yang di keluarkan pada hari Rabu mengingatkan bahwa jika pemerintah tidak melibatkan semua marga di daerah semi otonom, hal itu "mungkin akan merusak", dan menambah kekacauan di Somalia. (aa/aljazeera)