Universitas Yale, institusi pendidikan ke tiga tertua dan terbesar di Amerika, telah menolak untuk mencetak ulang kartun Denmark yang menghina Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, dalam sebuah buku baru tentang krisis.
"(Keputusan tersebut) mayoritas dan dengan suara bulat, kata John Donatich, Direktur Pers Universitas Yale kepada The New York Times hari Kamis kemarin, 13 Agustus.
Dia mengatakan pencetakan ulang kartun-kartun yang menyindir kedalam buku "kartun-kartun yang menghebohkan dunia" tersebut telah di interpretasikan sebagai hal "serampangan".
Pada tahun 2005, koran Jyllands-Posten Denmark mempublikasikan dan mencetak 12 gambar seorang lelaki yang di deskripsikan sebagai Nabi Muhammad, gambar tersebut meliputi seorang laki-laki yang memakai sebuah bom berbentuk surban dan yang lainnya menampakkan dia sebagai orang badui dengan sebuah pisau terhunus yang di kelilingi perempuan.
Universitas Yale telah berkonsultasi dengan para diplomat dan para ahli islam sebelum membuat sebuah keputusan tentang penyertaan 12 karikatur dalam buku, pada bulan November.
Anda dapat menghitung kekerasan yang terjadi jika ilustrasi Nabi Muhammad di publikasikan. kata Donatich mengutip pernyataan Ibrahim Gambari, kepala penasihat khusus PBB dan mantan menteri luar negeri Nigeria.
"Itu akan menimbulkan kerusuhan, saya memprediksi, dari Indonesia sampai Nigeria."
Kartun Denmark telah memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh negara Muslim dan mengakibatkan boykot terhadap produk dan kepentingan Denmark.
Kartun Denmark telah memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh negara Muslim dan mengakibatkan boykot terhadap produk dan kepentingan Denmark.
Cetakan ulang gambar kontroversial oleh koran-koran Eropa dianggap menghina tuhan dalam Islam, telah membuat ketegangan antara Muslim dengan Barat.
Pesan:
Penulis Jytte Klausen dengan rasa kecewa menerima keputusan untuk tidak memasukkan gambar sindiran tersebut ke dalam buku barunya.
"Saya dapat mengeti bahwa sebuah universitas akan menolak resiko tersebut, dan mereka akan menjalankan keputusan itu," kata Klausen, seorang profesor politik di Universitas Brandeis kelahiran Denmark.
"Saya setuju terhadap keputusan pers untuk tidak mencetak kartun tersebut dan ilustrasi lainnya yang tidak kontroversial sampai sekarang, termasuk gambar-gambar Nabi orang Muslim," katanya dengan sedih.
Dalam bukunya, Klausen berpendapat bahwa protes besar-besaran yang dipicu oleh kartun-kartun itu bukan sebagai reaksi spontan.
Dia bersikeras bahwa karikatur-karikatur tersebut di gunakan sebagai alasan untuk memobilisasi perbedaan di dalam dunia Muslim.
"Teman-teman muslim, para pemimpin dan para aktivis berpikir bahwa kejadian ini hanyalah salah paham."
Klausen mengatakan bukunya hanya dimaksudkan untuk mempelajari ke dalam krisis ini.
"Pesan buku ini adalah bahwa kami ingin ketenangan dan melihat ini secara hati-hati."
Saya tidak penah bermaksud untuk menjadikan buku ini sebagai bentuk lain demonstrasi terhadap kartun-kartun itu, dan berharap buku ini tetap dapat melayani tanpa gambaran buruk apapun. (aa/islamonline)
gambar : webapprentichesips.com