View Full Version
Jum'at, 28 Aug 2009

Sadisnya Ekstrimis Kristen Uganda

Kampala - Perubahan mandat pasukan penjaga perdamaian PBB di Uganda sangat penting sekali untuk menghentikan serangan ekstrimis pemberontak Kristen Uganda, perubahan mandat ini juga berguna untuk memfasilitasi bantuan di Sudan selatan, kata pejabat tinggi PBB hari Kamis.

PBB baru-baru ini menghentikan bantuan ke Sudan selatan di propinsi Khatulistiwa Barat, yang berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo (DRC), menyusul meningkatnya serangan oleh ekstrimis Kristen LRA.

Susanna Malcorra, menteri bidang umum untuk operasi penjaga perdamaian mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB di Kongo dan penempatan pasukan di Sudan (UNMIS), keduanya kekurangan kapasitas dan wewenang untuk mengatasi masalah di wilayah Khatulistiwa Barat tersebut.

"Fakta bahwa LRA memiliki dampak besar di Sudan selatan mungkin mengharuskan kita untuk melakukan beberapa perombakan prioritas" kata Malcorra. "Dewan Keamanan harus meninjau kembali mandatnya agar kita bisa bergerak maju (serangan ofensif)".

Pernah, kelompok pemberontak menyerang pasukan pemerintah Uganda. Ekstrimis Kristen LRA telah berubah menjadi gerombolan perampok, pencuri dan pemerkosa, buronan pencuri tersebut semakin menunjukkan kekacauan di hutan-hutan Uganda, DRC, Sudan dan Republik Afrika Tengah.

Serangan ekstrimis Kristen LRA di Khatulistiwa Barat dan Tengah sejak bulan Desember telah dipengaruhi sekitar 100,000 orang, menurut perkiraan PBB.

LRA mulai melancarkan serangkaian serangan berdarah, setelah Uganda, Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo (DRC) mulai memerangi mereka dalam sebuah operasi gabungan bulan Desember lalu.

Sudah selama dua dekade, ekstrimis Kristen LRA menculik ribuan anak-anak Uganda utara dan melakukan perbuatan kejam terhadap mereka. Ekstrimis tersebut mengiris telinga, hidung dan bibir korban-korban mereka dijahit. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu remaja dan menumbangkan 2 juta penduduk.

Banyak anak-anak Sudan diculik oleh kelompok Kristen tersebut, kemudian anak-anak tersebut dijadikan budak seks atau dijadikan prajurit mereka.

Kelompok ekstrimis Kristen tersebut ingin mendirikan pemerintahan teokratis di Uganda, berdasarkan Alkitab Kristen dan Sepuluh Perintah Tuhan (Ten Commandements).

Yang menarik, pemimpin ekstrimis Kristen LRA Joseph Kony, pada tahun 2006 mengatakan telah menamakan salah satu dari anak-anaknya dengan nama "George Bush".

[zq/voa-islam/meo]


latestnews

View Full Version