Kairo - Islam tidak mendapatkan sambutan yang baik bahkan di negeri yang penduduknya mayoritas, itulah Kesan yang di dapat Omayma Mansour dalam kunjungan terakhirnya ke Mesir
Ibu dua anak keturunan Mesir-Amerika itu menginap di Moevenpick di El Gouna resort di Hurghada ketika ia mendapatkan sebuah kejutan yang membuatnya butuh waktu berbulan-bulan untuk pulih atau memahami yang terjadi.
Ketika melihat anak bungsunya yang berumur 2 tahun berjuang di kolam renang, ia segera pergi ke kolam renang dengan menggunakan burkini, sebuah baju renang yang menutupi seluruh tubuh, untuk membantu anaknya.
Omayma Mansour langsung di minta oleh petugas kolam renang untuk segera keluar dari kolam renang.
Pria tersebut mengatakan bahwa ia tidak di izinkan berenang di kolam renang dengan memakai burkini, sebuah pakaian yang terdiri dari jilbab, tunik dan celana panjang.
"Kebijakan untuk melaragng wanita berjilbab di kolam renang adalah praktek diskriminasi bagi setiap wanita Muslimah," kata Omayma kepada IslamOnline.net.
"Ini jelas merupakan sebuah pelanggaran terhadap kebebasan beragama kita sebagai Muslimah."
Setelah mengalami penghinaan ini, Omayma Mansour langsung menuju ke kantor menajer hotel tersebut, namun kembali tidak mendapatkan apa yang di sebutnya sebagai "alasan yang masuk akal."
"Saya kira orang-orang di hotel ini memandang itu (pakaian yang islami) sebagai kelas rendahan," katanya.
"Jadi, mereka tidak ingin citra itu nampak pada resort bintang lima mereka."
Burkini, berasal dari kata burqa (pakaian yang menutup dari kepala hingga kaki) dan bikini, menyerupai sebuah baju hujan dengan tutup kepala. Terdiri dari 3 bagian yang menutup seluruh tubuh kecuali kaki, tangan dan wajah.
Sekitar 90 persen dari 80 juta penduduk Mesir adalah Muslim.
Omayma Mansour, perempuan Mesir Amerika, bukanlah satu-satunya Muslimah yang mengalami ketidaknyamanan seperti itu di sebabkan pakiannya yang Islami atau menutup aurat.
Beberapa pekerja hotel mengatakan kepadanya bahwa beberapa rekan kerja mereka kehilangan pekerjaan karena mereka memperbolehkan perempuan yang memakai burkini berenang bebas di kolam renang.
Hal ini menyebabkan banyaknya kecurigaan adanya kampanye terorganisasi terhadap aturan pakaian Islami, khususnya di hotel-hotel dan dan resort yang di kunjungi oleh orang asing.
Nadia El-awadi, seorang wartawati Mesir, mempunyai pengalaman yang serupa ketika ia pergi ke Ain Sukhna, sebuah resort terkenal sekitar 200 kilo meter di Timur ibukota Kairo.
Ketika ia memasuki salah satu hotel, dia di berikan sebuah surat untuk di tanda tangani. Tetapi ia mencatat bahwa dalam salah satu pernyataan surat tersebut bahwa pakaian renang Islami tidak di perbolehkan di kolam renang hotel tersebut.
"Saya tidak mengerti apa yang terjadi," kata Nadia El-awadi, 40, kepada IOL.
"Saya merasa sangat sedih dengan hal itu, tidak seorangpun yang seharusnya boleh mengatakan apa yang akan dia pakai. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dipakai adalah kebebasan setiap orang."
Nadia El-awadi harus mengambil kembali barang-barang dan kedua anaknya keluar dari hotel dan mencari tempat lain di mana dia bisa menikmati berenang dengan pakaian tertutup.
Dia menemukan bahwa benar-benar ada maksud tersembunyi di balik itu semua.
"Bagaiman itu dapat terjadi di Mesir?" ia bertanya.
Beberapa yang di duga melakukan kampanye terorganisasi terhadap pakaian Islami, khususnya di hotel-hotel dan resort yang sering sering di kunjungi oleh orang asing, melakukannya dengan sungguh-sungguh.
"Dengar, kami tidak ada masalah dengan pakaian renang Islami, tapi masalahnya adalah beberapa setelan pakaian tersebut tidak baik bagi kulit penggunannya," kata seorang manajer hotel bintang lima yang meminta namanya di rahasiakan kepada IOL.
"Bahan-bahan tersebut tidak hegienis." katanya.
Namun hal itu di bantah oleh oleh mereka yang menggunakan burkini.
"Seluruh dugaan bahawa pakaian renang panjang tidak higienis sangat menyerang dan benar-benar tidak mesuk akal," tegas Omayma Mansour, wanita Amerika Mesir.
"Pakaian renang Islami yang Saya pakai terdiri dari lycra, tahan air, dan berbahan poliester seperti baju renang lainnya.
Bentrok
Manal Yousef, seorang peneliti dalam hukum Islam, percaya bahwa insiden ini cerminan terbaik bentrokan antara sekularisme dan religiusitas di Mesir, rumah bagi Al Azhar, tempat belajar ilmu agama tertinggi bagi Muslim Sunni dunia.
"Apa yang terjadi dalam hal ini menunjukkan pertentangan kuat antara sekularisme dan agama di Mesrir, " kata Youssef kepada IOL.
Pemerintah tidak memberitahukan orang-orang apa yang harus dan apa yang tidak boleh di pakai, tetapi di waktu yang sama membiarkan para pemilik hotel dan tempat-tempat swasta melakukan apa yang mereka inginkan kepada klien mereka.
Secara resmi Mesir tidak melarang burkini, jilbab atau niqab, tetapi beberapa pejabat yang berkuasa menjalankan peraturan agama, telah berbicara menentang hal itu.
Beberapa orang pemilik hotel-hotel dan resort di Mesir, sebuah negara yang membanggakan pantai indahnya di antara Laut Merah dan Mediterania, mengatakan jauhkanlah pakaian Islami untuk memuaskan orang-orang asing yang datang jutaan orang tiap tahunnya.
"Pejabat hotel melakukan ini untuk menyenangkan orang-orang non Muslim yang datang ke tempat mereka," El-awadi berpendapat.
"Tetapi di saat yang sama, mereka membiarkan turis-turis asing itu topless (telanjang dada) ke kolam renang tanpa di usir dan di marahi.
"Tetapi di saat yang sama , mereka membiarkan turis-turis asing itu topless (telanjang dada) ke kolam renang tanpa di usir dan di marahi.
Tahun lalu Mesir menerima lebih dari 11 juta wisatawan. Pariwisata negara tersebut memperoleh pendapatan 10,5 milyar dolar pada tahun fiskal hingga juni ini, data menurut Bank Sentral Mesir
Anehnya, meskipun hal ini tengah terjadi terhadap kaum Muslim yang ada di Mesir, banyak negara-negara barat, yang justru mayoritas penduduknya bukan Muslim, mengijinkan perempuan Muslim untuk menggunkan burkini ketika berenang di kolam renang umum.
Aawal pekan ini, pihak berwenang di kota Oslo Norwegia memperbolehkan bagi muslimah untuk berenang di kolam renang umum di kota dengan memakai burkini.
Negara lain yang membolehkan muslimah menggunakan pakaian renang Islami adalah Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. (aa/IOL)