View Full Version
Kamis, 03 Sep 2009

Puasa di Thailand

Ramadhan menjadi terasa istimewa kala ia dihidupkan di negeri non-Muslim. Hal tersebut yang dirasakan Sunu Wibirama, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh S2 di King Mongkuts Institute of Technology Ladkrabang (KMITL), Thailand. Tahun ini, Sunu menjalani Ramadhan kali kedua di negeri Gajah Putih tersebut.

Bagi Sunu, menjalankan ibadah puasa di Thailand disebut dengan lomdhon, tahun ini sangat menantang karena cuaca di Bangkok dan sekitarnya sangat panas. ''Tapi, saya yakin Allah SWT akan memberikan kekuatan bagi kaum Muslimin yang menjalankan puasa hanya untuk mengharapkan rida-Nya,'' kata pemuda asal Yogyakarta itu.

Jumlah penduduk Muslim di Thailand memang tidak lebih dari 10 persen total populasi. Namun, Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha. Penduduk Muslim di Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, yaitu daerah Yala, Narathiwat, dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Banyaknya masjid di wilayah selatan Thailand, kata Sunu, membuat suasana Ramadhan sangat terasa di sana.

Sementara itu, di Bangkok suasana Ramadhan tidak berbeda jauh dengan hari-hari biasa. ''Tidak ada pernak-pernik lampion, apalagi ketupat Lebaran,'' paparnya. Meskipun demikian, beberapa masjid di Bangkok tetap menyelenggarakan buka bersama dan shalat Tarawih berjamaah.

ada sebuah masjid di Bangkok yang sangat istimewa bernama Masjid Indonesia. Bangunan itu adalah masjid pertama yang berdiri atas prakarsa warga Indonesia yang menjadi penduduk Thailand

Sunu mengungkapkan, ada sebuah masjid di Bangkok yang sangat istimewa bernama Masjid Indonesia. Bangunan itu adalah masjid pertama yang berdiri atas prakarsa warga Indonesia yang menjadi penduduk Thailand.

Masjid ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena menyimpan dua buah kenang-kenangan berupa jam klasik peninggalan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Sampai saat ini, warga sekitar masih menggunakan Masjid Indonesia untuk ibadah dan penyaluran zakat fitrah, infak, dan sedekah. Pada bulan puasa ini, masjid tersebut tiap hari menyelenggarakan buka puasa bersama bagi warga Muslim di Thailand.

Selain itu, ujar Sunu, pusat keramaian umat Islam di Bangkok adalah Islamic Centre Ramkhaeng yang terletak di wilayah Khlong Tan. ''Ramkhaeng memang merupakan napas keislaman di Bangkok, Islami Center-nya adalah yang terbesar di Bangkok,'' ujarnya.

Islamic Center tersebut juga menyelenggarakan buka puasa bersama, shalat Tarawih berjamaah, dan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ''Pada Ramadhan tahun ini, keramaian Islamic Center melebihi hari-hari biasa karena banyaknya umat Islam yang singgah dan beribadah di sini.''

Suasana Ramadhan juga terasa di Ladkrabang, kota kecil tempat tinggal Sunu, yang terletak 40 kilometer di sebelah timur Bangkok. Kota ini menjadi kota Muslim di Bangkok karena jumlah umat Islam yang cukup signifikan. Aktivitas Ramadhan berpusat di masjid dan di Moslem Club yang dibentuk oleh mahasiswa Thailand.

''Jumlah mahasiswa Muslim di kampus saya tahun ini meningkat tajam hingga sekitar 150 orang. Padahal, tahun sebelumnya tidak lebih dari 50 mahasiswa Muslim,'' kata staf akademik Teknik Elektro UGM tersebut.

Aktivitas para pelajar ini, menurut Sunu, tidak kalah dari mahasiswa di Indonesia. Mereka menggalang solidaritas dari kalangan penduduk dan pelajar Muslim untuk menyelenggarakan ifthor jamai (buka puasa bersama) setiap hari dan shalat Tarawih. ''Hal ini tentu bukan perkara mudah, mengingat jumlah  Muslimin yang tidak terlalu banyak dan didominasi oleh para pelajar,'' kata Sunu.

Masyarakat Indonesia di sana memiliki banyak kegiatan pada bulan Ramadhan ini. Untuk anak-anak, ada acara pesantren kilat yang diselenggarakan oleh Sekolah Indonesia Bangkok dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok. Buka bersama dan tarawih berjamaah juga digelar secara rutin oleh Majelis Taklim KBRI. Di akhir Ramadhan, iktikaf dan penyaluran zakat, infak, dan sedekah juga diadakan, seperti tahun sebelumnya.

cuaca merupakan tantangan terbesar dalam berpuasa di Thailand. ''Cuaca sering berubah-ubah drastis. Pagi sampai sore cuaca bisa sangat panas, namun tiba-tiba malam hari bisa hujan deras dan dingin

Bagi Widyasari Her Nugrahandika, mahasiswa Asian Institute of Technology (AIT) yang bermukim di Pathumthani, cuaca merupakan tantangan terbesar dalam berpuasa di Thailand. ''Cuaca sering berubah-ubah drastis. Pagi sampai sore cuaca bisa sangat panas, namun tiba-tiba malam hari bisa hujan deras dan dingin,'' kata alumnus Hubungan Internasional (HI) UGM ini.

Mengenai makanan halal, Widya mengaku bisa mendapatkannya dengan mudah di Thaladtai, sejenis pasar induk. ''Di situ terdapat semacam pusat kulakan dari sayur, buah, dan alat-alat rumah tangga,'' paparnya. Di Thaladtai, kata Widya, orang Indonesia juga bisa mendapatkan semua makanan halal yang diinginkan. (aa/rpblk)


latestnews

View Full Version