Politikus Belanda Geert Wilders akhirnya harus tetap berhadapan dengan hukum. Demikian angkat harian Belanda Algemeen Dagblad.
20 Januari mendatang ia harus mempertanggungjawabkan pernyataannya mengenai Islam dan umat muslim. Kejaksaan Agung Belanda menyeret Wilders ke pengadilan atas tuduhan diskriminasi dan menyebarkan kebencian.
Wilders tentu saja tidak setuju. "Saya ingin Islam yang diseret ke pengadilan, dan bukan saya," katanya marah. Ia sama sekali tidak terima dirinya harus diproses secara hukum. "Sangat bodoh bahwa saya harus mempertanggungjawabkan pernyataan politik saya secara hukum." Demikian Algemeen Dagblad.
Maju mundur
Hal lain yang membuat Wilders naik darah adalah bahwa proses pengadilan ini berlangsung pada periode kampanye pemerintah kota. Partainya PVV ikut serta di kota Den Haag dan Almere. "Persidangan ini akan memakan banyak waktu dan energi," keluhnya. "Saya lebih baik kehilangan lima kursi ketimbang harus duduk di pengadilan macam ini," katanya lagi.
Rencana persidangan ini memang maju-mundur. Tadinya Kejaksaan Agung memutuskan, pernyataan Wilders tidak melanggar hukum. Toh, akhirnya keputusan berubah 180 derajat. Alasannya: orang-orang dan organisasi-organisasi yang keberatan dengan pernyataannya berhasil menekan Kejaksaan Agung lewat prosedur pengaduan. "Kami telah menyelidiki kasus ini dengan teliti, sebelum akhirnya memutuskan menyeret Wilders ke pengadilan," demikian Juru Bicara Kejaksaan Agung seperti yang dikutip Algemeen Dagblad.
[voa-islam/rnw]