By: Mega Vristian
Roti di Bawah Bantal
Perjalanan sebulan ramadhan berakhir sudah, masyarakat muslim Indonesia yang berada di Hong Kong pun merayakannya dengan penuh suka duka. Melalui berbagai ujian yang cukup berat, terutama bagi pekerja migran. Apalagi mereka yang baru bekerja di Hong Kong menjalani puasa di rumah majikan tentulah terasa berat, tidak memiliki uang untuk sekedar beli makanan karena belum bisa keluar rumah atau libur disebabkan masih menjalani potongan gaji dari agen, tapi banyak juga Pekerja migran yang sudah lama bekerja di Hong Kong mereka bisa libur tapi majikan melarang untuk membeli makanan dari luar atau menyimpannya di rumah majikan, disebabkan kawatir makanan yag di beli pekerjanya itu tidak sehat dan bersih., sedihnya jika sang majikan pelit.
“majikan saya kaget luar biasa sehingga marah saat momongan saya menemukan roti yang penyet dibawah bantal saya” ujar Ina sambil tertawa mengenang kejadian menyembunyikan roti di bawah bantal, tapi keterusan tidur ketika mau sahur.
Banyak pekerja migran yang tidak saur dan saat buka puasa telat makannya, Karena tepat magrip itu adalah saat sibuk-sibuknya mereka harus mempersiapkan makan malam untuk majikan, tapi dengan niatan kuat melakukan ibadah puasa mereka bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik.
Ada beberapa cerita lucu yang lahir saat menjalankan ibadah puasa di perantauan, antara lain, sang majikan menutup pintu dan korden jendela seluruh rumah, kemudian menyuruh si pekerjanya makan, dengan alasan karena tidak ada yang melihat. Belum lagi para majikan yang mengatakan bahwa ajaran agama Islam itu gila, karena melarang pemeluknya makan di siang hari, mereka takut jika si pekerjanya meninggal.
Beruntung juga beberapa pekerja migran yang majikannya baik, jadi puasa tak banyak kendalanya malah diijinkan pergi salat tarawih. Sholat tarawih di Hong kong diadakan di masjid-masjid , di penampungan atau shelter pekerja migran yang terkena masalah hukum juga diadakan di Konsulat Jenderal Indonesia ( KJRI). Apalagi KJRI selama ramadhan mendatangkan banyak ustad dari tanah air, dengan tujuan untuk menjadi Iman tarawih sekaligus memberikan siraman rohani bagi pemeluk Islam di Hong Kong dan para ustad tersebut juga dikirim ke shelter-shelter.
Ternyata tarawih di KJRI banyak diminati pekerja migran karena sholat tarawihnya lebih cepat, karena hanya11 rakaat dengan witirnya dan surat yang dibaca pun lebih pendek-pendek, maklumlah karena peserta tarawih kebanyakan para pekerja migran yang dibatasi waktunya oleh para majikan. Tapi banyak juga pekerja migran yang tidak mendapat ijin dari majikan, mereka nekad mencuri waktu untuk pergi tarawih, terutama yang mereka di kerjakan di dua tempat atau mereka yang tidurnya tidak serumah dengan majikannya, walau secara hukum perburuhan di Hong kong dikerjakan di dua tempat itu tidak boleh.
Jelang Idhul Fitri Surat Beterbangan Dari Shelter
Ini salah satu contoh surat yang ditulis salah satu anggota pekerja migran yang berada di penampungan pekerja migran ( shelter) karena akibat kasus penganiayaan.
“Majikanku Biar Allah Yang Menghukum”
Assalam Mualaikum.wrwb.
Emak, maafkan segala kesalahan anakmu selama ini karena sudah mendekali Idhul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Mak aku disiksa majikan, makanku kurang dan aku sering tidak diperbolehkan tidur. Selama di rumah majikan, aku tidak diberi libur sehingga aku tidak bisa menceritakan ke orang lain, apa yang diperlakukan majikan terhadapku, bisaku menangis dan mengaduh pada Gusti Allah.
Untung mak, Gusti Allah menolongku, suatu hari aku nekad kabur dari rumah majikan kemudian aku tidur dikolong mobil yang terletak dekat perumahan majikanku. Esok paginya seorang pembantu Philipina memberiku uang dan memberi tau aku, agar lari ke Causway bay. Sehingga aku bisa ditolong mbak-mbak yang tergabung di organisasi buruh, kemudian aku ditampung di rumah yang namanya Shelter.
Di Shelter, aku mendapatkan perlindungan, makanan lebih dari cukup, sehingga aku merasa tenang, seandainya tau dari dulu ada organisasi buruh dan shelter tentu aku lari dari dulu mak, selama ini perasaanku diombang-ambingkan ketakutan dan ketidak tahuan aku harus bagaimana untuk bisa menolong diriku sendiri.
Mak, di shelter itu selain tidur, makan dan mandi juga diberi pengarahan bagaimana mengurus kasusku. Aku selalu pergi ke tempat yang namanya Domestic, aku sih sering salah menyebutnya Dosmestik, sehingga banyak teman yang tertawa mendengarnya. Domestic itu kantor penolong tkw berkasus, mak. Kata temanku yang lebih pintar dariku kantor itu adalah lembaga bantuan hukum, disitu aku ditanyain kasusku secara rinci, kemudian dicatat, karena untuk diajukan ke pengadilan buat menghukum majikanku. Aku hampir saja putus asa, sebab aku harus berulang kali menceritakan kasusku, yang kata pegawai di kantor itu ceritaku selalu berubah-ubah. Mak, seringnya dianiaya itulah membuat kepalaku kerap terserang pusing dan aku tak bisa mengingat sesuatu dengan baik, bahkan mataku dulu bengkak dan buram jika untuk melihat.
Siksaan majikan terhadapku tidak usah aku ceritakan lagi padamu ya mak, biarlah aku yang merasakannya sendiri, sebab aku tidak ingin membuatmu sedih. Walau seandainya ada tetangga kita yang pulang dari Hong Kong, mungkin ada yang bercerita karena kisahku dimuat di Koran-koran di Hong Kong, bahkan waktu itu aku disorot dan diwawancarai puluhan wartawan dan tv Hong Kong, bersama beberapa kawanku yang juga terkena kasus penganiayaan, katanya itu buat pelajaran agar majikan tidak seenaknya ke para pembantunya, yang mengadakan acara itu kumpulan organisasi buruh mak, namanya Koalisi Organisasi Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong (KOTKIHO).
Yu Tun, apa tidak memperlihatkan Koran itu padamu mak? Sebab sewaktu pulang dia membawa banyak Koran yang ada cerita dan foto tentangku.
Urusan menuntut majikan sangat melelahkan jiwa dan ragaku mak, seumur hidupku di Indonesia aku tak pernah berurusan dengan polisi, di Hong kong, aku jadi sering bertemu dengan pegawai KJRI, polisi, penterjemah, officer dan hakim. Tapi untungnya mereka semua baik-baik tidak suka bentak-bentak dan tidak minta uang sogokkan.
Mak, alhamdulilah kasusku akhirnya selesai, aku yang tidak digaji selama delapan bulan harus aku terima dengan iklas, cuma dibayar yang satu bulan saja. Sebab katanya yang tujuh bulan sudah diambil agen, untuk biayaku ke Hong kong. Kasus penganiayaanku aku tutup mak, dengan terpaksa karena majikanku licik, aku dituduh mencuri dokumen, yaitu foto copy paspor dan kontrak kerjaku. Padahal itu semua punyaku sendiri, tapi itulah mak, liciknya para majikan yang jahat. Jika kasusku aku lanjutkan aku kawatir majikanku semakin licik, dengan menutup kasus penganiayaanku, majikan pun tak melanjutkan kasus tuduhan pencurianku. Heran ya mak, majikan itukan orang berpendidikan dan kaya, mengambil pembantu kok malah disiksa dan kok teganya mencurangi aku.Biarlah majikanku Allah saja yang menghukumnya.
Karena rasa traumaku atas siksaan majikan, aku ingin pulang dulu saja mak, biar bisa bertemu denganmu dan kumpul dengan suami dan anak tunggalku. Nanti aku akan ke Hong kong lagi, karena aku ingin punya rumah sendiri, tidak enak mak terus-terusan numpang di rumah mertua. Sebenarnya aku ingin tinggal di rumahmu, mak. Tapi bagaimana lagi jika suamiku menginginkan aku tinggal di rumahnya.
Ohya mak, di Hong Kong aku juga bisa berpuasa puasa dan tarawih, ada ustad yang selalu dikirim dari KJRI dan dompet Dhuafa, jika aku pulang di bulan ramadhan ini nanti kita tarawih bersama ya… aku juga ingin mengajari anakku mengaji.
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Dari anakmu, Siti Kumaeroh, HK 03-09-2009
( Pekerja Migran asal Bulusari, Patebon, Kendal, Jawa Tengah)