View Full Version
Jum'at, 16 Oct 2009

Terjemah Alquran Berilustrasi dari California

San Francisco (voa-islam) Dari semua hal, berselancar di dunia maya-lah yang membuat Sandow Birk mengenal Islam. Seniman California itu berkelana hingga ke Indonesia, India dan Maroko dan di tanah-tanah gersang gurun pasir demi ketertarikan dan keingintahuan Sandow berpusat pada agama yang dipraktekkan di sana. Ia mengunjungi masjid-masjid, hingga akhirnya mendapat satu kopi terjemah Al Qur'an.

Lalu datanglah serangan miris pada 11 September 2001 dan Sandow langsung menyadari bahwa Amerika hanya tahu sedikit tentang ajaran Al Qur'an. Ia pun memulai proyek pribadi, melukis seluruh 114 ayat, namun dalam cara yang tak seorang pun pernah lakukan.

Pelukis berusia 46 tahun itu, mengimajinasikan ulang pengungkapan diri Tuhan abad ke-7 kepada Rasul Muhammad dalam konteks kontemporer warga Amerika. Sandow mulai menyusun ayat-ayat dan menghubungkan setiapnya ke hal-hal yang ia tahu paling baik.

Sejauh ini, ia telah menyelesaikan 60 ayat. "Al Qur'an Amerika, kini tengah dipajang di dua galeri California. "Tujuannya sederhana, untuk membuat teks-teks didalamnya lebih akrab," ungkap dia mengutarakan niatnya.

Al Qur'an Amerika, kini tengah dipajang di dua galeri California. "Tujuannya sederhana, untuk membuat teks-teks didalamnya lebih akrab," ungkap dia mengutarakan niatnya.

Jadilah, pembuka Al Qur'an, surat Al Fatihah dengan tujuh ayat yang berisi meminta petunjuk Allah, kerap ditemukan di rumah-rumah Muslim, dibingkai dengan bentuk-bentuk timur tengah yang bila didekati dan dicermati seksama menampilkan benda-benda esensial kehidupan rumah tangga Amerika--,garpu, gelas, tangga, pengocok telur, sikat gigi.

Sementara untuk mengilustrasikan sebuah ayat yang berbicara secara metafora tentang unta-unta bertenaga besar yang berlari, Sandow menggambar balapan mobil barang. "Lagi pula, bagaimana warga Amerika berhubungan dengan unta?"

Warna-warna merah, putih dan biru dari konvensi politik menjadi teman ayat-ayat yang menggambarkan kemunafikan. Pemandangan lain terpusat di kantor-kantor, wilayah suburban dan rumah makan sushi. Mereka menggambarkan pemakaman, pernikahan dan liburan.

Lalu masuk ke surat ke-44, Ad Dukhaan, (kabut) pada ayat ke-10 dan ke-11 "Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata,yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih"

Sandow pun memencet tombol berdasar intepretasinya: sebuah altar berlatar pemandangan sebuah jalan Manhattan, asap membumbung dari World Trade Center. "Saya tahu saya akan membawa tragedi WTC masuk. Kalau tidak, proyek ini tidak akan terasa sakral," aku Sandow.

"Itu adalah hal penting dalam pemahaman Islam untuk Amerika," imbuh dia.

Pemilik galeri di San Fransico, Catharine Clark menyadari, panel lukisan Surat ke-44 memiliki potensi besar untuk dihujat. Ia mengatakan khawatir terhadap reaksi lukisan tersebut, namun mengatakan ia menilai tidak ada kelicikan tersembunyi dalam niat Sandow.

"Itu lukisan yang menyulitkan," ujar dia. "Namun ia tak bermaksud membuat kesal siapa pun,"

Sandow mengaku ia bukanlah orang yang sangat taat agama. Hanya saja ia memiliki reputasi besar menangani proyek-proyek epik, termasuk karya yang mengeksplorasi perang Irak dan Divine Comedy karya Dante.

Catharine menuturkan beberapa blog Kristen menuding seniman terlalu lunak terhadap Islam. Sementara reaksi Muslim terhadap karya terakhirnya beragam.

Setengah lukisan "Al Qur'an Amerika" ada di galeri milik Catharin. Sementara 30 ayat lain dipajang di galeri Koplin del Rio, di Culver City. Namun sejumlah pengamat berkomentar tidak dalam nada baik.

Usman Madha, juru bicara dari Masjid King Fahad, masjid terbesar di Los Angeles County mengatakan ia melihat hasil karya Sandow tanpa sengaja. Saat menyaksikan, ia mengaku bahkan tak bisa membaca judulnya. 

"Al Qur'an Amerika sangat selip," ujar Usman. "Tidak ada hal semacam Al Qur'an Amerika, seperti tak mungkin ada Al Qur'an Eropa atau Al Qur'an Asia atau Al Qur'an Timur Tengah. Hanya ada satu, Al Qur'an,"  tegas dia.

"Saya sedih," imbuh Usman. "Karya itu memberi impresi salah,"

Usman bukan tak mendengar reputasi Sandow. Ia pun menyatakan memahami niat baik sang seniman dan menghormati kebebasan berekspresi. Namun ia tidak dapat menerima gagasan Al Qur'an berilustrasi. Hal itu, ungkap dia, menentang dasar agamanya.

"Dalam Islam, kami tidak mengenal gambar. Itu memicu kultus dan itu yang kami hindari," ujar Usman.

Sandow, bagaimanapun, tidak berencana mengesampingkan proyek Al Qur'an pribadinya.

Ia berharap menyelesaikan seluruh 114 ayat pada 2011 nanti, dengan menyalin setiap ayat dari Al Qur'an terjemahan berbahasa Inggris, 1861, dengan tangan dan melukis dengan metoda gouche (menggambar menggunakan warna transparan di atas kertas basah dan ditebali dengan material mirip lem) pada kertas berukuran 16 x 24 inchi. (40 x 60 centi meter)

Ia mengatakan panel-panel lukisannya bukanlah ilustrasi harafiah melainkan meditasi pribadinya yang kental terhadap pesan-pesan Al Qur'an. Itu cara Sandow, membuat warga Amerika mengakui bahwa teks-teks islam tidak lebih unik, puitis, keras atau indah dibanding teks-teks agama lain.

Sandow menekankan, Al Qur'an pun mengabarkan kisah seperti dalam Injil. Mungkin itu pesan yang diharapkan orang dari ulama, pecinta damai, bahkan teologian, namun tidak perlu dari seorang pria peselancar dunia maya dari California. cnn/itz/rep-ol


latestnews

View Full Version