View Full Version
Sabtu, 17 Oct 2009

Birokrasi Mempersulit Pekerja Indonesia ke Malaysia

Birokrasi Mempersulit Pekerja Indonesia ke Malaysia

Ratusan wanita Indonesia ingin bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga karena mereka mendengar banyak hal yang baik mengenai pekerjaan ini dari rekan-rekan dan saudara mereka yang bekerja disini, kata pengurus sebuah organisasi pekerja Indonesia
     
Bendahara Umum Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (CITU) Aisah Teisir Abdat berkata bahwa mereka sangat sulit untuk datang ke Malaysia secara legal karena masalah birokrasi di Indonesia.

"Para wanita calon pekerja ini harus melalui tujuh jalur birokrasi pemerintahan, berawal dari kepala kampung sampai ke pemerintahan daerah tingkat propinsi terus ke tingkat pusat," katanya kepada Bernama dalam wawancara eksklusif di luar persidangan Serantau Serikat Pekerja Internasional (Asia Pasifik) mengenai pekerja domestik di Petaling Jaya.

Beliau berkata karena sangat sulit dan mahal untuk mendapat izin secara resmi, maka banyak wanita yang akhirnya lebih memilih jalan ke Malaysia secara illegal untuk menjadi pembantu rumah tangga.

"Karena status mereka sebagai pekerja tanpa izin, mereka sering menjadi objek penganiayaan yang dilakukan oleh para majikan yang tidak bertanggung-jawab," tambahnya.

Beliau berkata masalah pembantu rumah yang dianiaya merupakan "fenomena biasa" di semua negara di seluruh dunia disebabkan bentuk pekerjaan itu sendiri.

"Jadi tidak benar pernyataan yang mengatakan bahwa penganiayaan terhadap pembantu rumah hanya terjadi di Malaysia," tambahnya.

Sebanyak 35 peserta dari Bangladesh, Hong Kong, Bahrain, India, Indonesia, Jordan, Nepal, Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia menghadiri persidangan dua hari yang diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Sumber Daya Manusia, Datuk R. Segarajah.

Sementara itu peserta dari Malaysia Dr Irene Fernandez berkata bahwa pembantu rumah tangga itu rentan mendapatkan penganiayaan karena mereka bekerja di rumah-rumah, yang dianggap sebagai "wilayah pribadi" dan tidak mudah bagi orang luar untuk masuk.

"Ini menjadikan sangat sulit untuk 'sampai' kepada mereka apabila mereka memerlukan bantuan," katanya dan menambahkan itulah pentingnya bagi mereka para pembantu asing diberi cuti selama sehari dalam sepekan"

"Mereka (pembantu rumah tangga warga asing) bisa menggunakan hari liburnya ini untuk mendapatkan pertolongan baik dari Kantor Tenaga Kerja maupun dari LSM," tambahnya. (BERNAMA)


latestnews

View Full Version