Inggris akhirnya menjadi negara Eropa terakhir yang mengikuti kelompok negara-negara yang phobia terhadap niqob, setelah sebuah kampus melarang seorang muslimah yang mengenakan niqob mengikuti perkuliahan.
"Kami menghendaki seluruh mahasiswa di Kampus Burnley terlihat wajahnya saat berada di kampus," kata pimpinan kampus John Smith kepada the Telegraph, Sabtu 24 Oktober.
"Kami menetapkan untuk menjaga standar tinggi pengajaran dan pembelajaran di Kampus Burnley. Tidak mungkin menjaga komunikasi penting yang dengan benar kepada mahasiswa jika wajahnya tak terlihat," tambah Smith.
Shawana Bilqes mahasiswi tersebut dilarang mengikuti perkuliahan saat mendaftarkan diri pada program HE Diploma, atau gelar sarjana lanjutan.
Wanita muslimah berusia 18 tahun itu pun kemudian dikirimi surat penolakan oleh pihak kampus.
"Saya coba untuk berkompromi, tapi mereka menolak. Pihak kampus mengirimi saya surat bahwa saya bisa meneruskan kuliah jika saya berhenti mengenakan cadar," terang Bilqes.
Niqob menjadi pembahasan serius di Eropa setelah anggota parlemen Prancis, Andre gerin meminta pihak parlemen untuk melarang penggunaan niqob di negeri menara Eiffel tersebut.
Seruan ini pun mendapat tanggapan serupa dari politisi sayap kanan di Italia, untuk pelarangan penggunaan niqob di Italia.
[voa-islam/iol]