Kairo - Belum reda kontroversi masalah pelarangan cadar di lingkungan kampus oleh ulama terkemuka dan juga Menteri Pendidikan Tingginya, kini giliran direktur televisi pemerintah Mesir melarang presenter wanita Muslimah yang memakai jilbab untuk bekerja dan tampil on air di stasiun tv negara tersebut.
Kepala stasiun televisi publik, al-Masriya, Osama al-Sheikh mengatakan "Anda tidak akan lagi melihat para presenter TV wanita muslimah yang berjilbab on air di layar televisi pemerintah Mesir."
Direktur saluran televisi tersebut membuat pernyataan dalam sebuah seminar di fakultas sains dan komunikasi di Universitas Kairo, menurut laporan di majalah Mesir al-Youm Al-Saba.
Sekarang aku tidak mengatakan bahwa itu (mengenakan jilbab bagi presenter) merupakan suatu hal yang buruk, tapi karena ini adalah televisi pemerintah, segala sesuatu yang terlihat harus resmi
"Ini merupakan bagian dari budaya masyarakat kita untuk menunjukkan rambut. Sekarang aku tidak mengatakan bahwa itu (mengenakan jilbab bagi presenter) merupakan suatu hal yang buruk, tapi karena ini adalah televisi pemerintah, segala sesuatu yang terlihat harus resmi," katanya.
"Presenter TV yang berjilbab akan dapat terus bekerja, namun di stasiun TV satelit swasta," katanya.
Pidatonya memprovokasi kehebohan para anggota parlemen Mesir dari gerakan Islam Ikhwanul Muslimin.
"Direktur dari stasiun TV seharusnya terikat oleh hukum negara ketika dia membuat keputusan, namun tampaknya kata-katanya didasarkan pada praktek-praktek adat-istiadat. Pengadilan telah menegaskan kembali legitimasi presenter berjilbab untuk muncul di TV," kata Anggota Parlemen Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhsin Radi.
Organisasi Ikhwanul Muslimin, didirikan pada tahun 1928, secara resmi dilarang pada tahun 1954.
Menggunakan simpatisan yang berjuang sebagai partai independen, kelompok tersebut memenangkan seperlima kursi parlemen di Mesir pada pemilihan tahun 2005. (aa/aki)