View Full Version
Jum'at, 13 Nov 2009

Menolak Perang, Tentara Inggris Diadili

London - Satu tentara Inggris menghadapi mahkamah militer, karena menolak kembali ke Afghanistan, ia ditahan dan dituduh dengan pelanggaran tambahan akibat protes penempatan itu, kata pengunjuk rasa.

Kopral Joe Glenton (27 tahun) mengikuti unjuk rasa menentang perang di Afghanistan di London pada bulan lalu, tempat ia mengemukakan "kesalahan luar biasa" dilakukan dan membela penolakannya kembali untuk masa dinas kedua di sana.

"Gabungan Hentikan Perang", yang mengadakan unjuk rasa itu, pada Selasa malam menyatakan bahwa ia sejak itu ditahan dan dituduh melakukan lima pelanggaran terkait dengan kehadirannya di unjuk rasa tersebut dan tanggapannya di pers merupakan pembangkangan perintah.

Juru bicara Kementerian Pertahanan tidak mau merinci tuduhan baru itu pada Rabu, dengan mengatakan, "Saya bisa memastikan bahwa tindakan pendisiplinan terhadap tentara dari Satuan Perbekalan sedang berlangsung."

"Karena itu soal mahkamah tentara, tak pada tempatnya menanggapi pada tahap ini," katanya.

Glenton, yang masuk tentara pada 2004, menghadapi mahkamah militer, yang ditunda sampai Januari, dengan tuduhan membangkang setelah pergi tanpa cuti pada 2007.

Ia dituduh tidak mematuhi perintah sah dan menghadapi hukuman dua tahun penjara.

Lindsey German dari kelompok "Hentikan Perang" menyatakan kelompoknya akan melakukan segalanya untuk membebaskan Glenton, dengan menambahkan, "Ia mengatakan yang sebagian besar dari warga percaya perang itu tak dapat dimenangi dan asusila."

Perdana Menteri Gordon Brown dan menterinya, serta pemimpin tertinggi tentara, beberapa hari belakangan ini berupaya meyakinkan warga akan kepentingan tugas di Afghanistan itu, namun peningkatan korban tewas di sana mengikis dukungan rakyat.

Dukungan rakyat Inggris bagi perang di Afghanistan turun, sementara lebih dari 40 persen tidak mengerti mengapa tentara Inggris berperang di sana, kata jajak pendapat, yang disiarkan pada saat hari "Mengenang Pahlawan" pada Minggu.

Sekitar 64 persen menyetujui bahwa Inggris tak mungkin menang perang di Afghanistan, naik enam persen dari Juli, sementara 27 persen tidak setuju, turun empat persen. Sepuluh persen mengatakan tidak tahu.

Jumlah sama menyatakan tentara Inggris sebaiknya ditarik secepat mungkin, dengan 63 persen setuju dan 31 persen tidak setuju.

Sekitar 54 persen merasa mempunyai pengertian baik tentang tujuan perang di Afghanistan, dengan 42 persen tidak setuju.

"Secara keseluruhan, ada pengertian bahwa Afghanistan untuk (Perdana Menteri Inggris) Gordon Brown seperti Irak untuk (pendahulunya) Tony Blair," kata Andrew Hawkins, kepala pelaksana jajak pendapat ComRes.

Lebih dari empat dari 10 petanggap tidak mengerti tugas Inggris; membuat dukungan pada kehadiran Inggris di sana surut jauh, dan sebagian besar menanggapi pemilihan presiden sangat buruk.

Hasil itu mengisyaratkan bahwa hasil perang itu harus mempunyai dampak pada dukungan Buruh, karena pendukung inti partai itulah yang sangat kuat menentangnya.

Sementara itu, 52 persen setuju bahwa "kadar korupsi di pemilihan presiden baru-baru ini menunjukkan perang di Afghanistan tidak layak untuk dilakukan. Tigapuluh enam persen membantahnya.

"Ini kemungkinan besar merusak bagi alasan pemerintah untuk perang," kata Hawkins.

ComRes menggunakan sampel 1.009 orang dewasa dari umur dan kelas masyarakat berbeda di seluruh Inggris untuk siaran televisi BBC "The Politics Show".

[voa-islam/EBaru]


latestnews

View Full Version