View Full Version
Jum'at, 27 Nov 2009

Makanan Halal di Belanda Diragukan

Belanda (voa-islam.com) - Bisnis makanan halal di Eropa dan Belanda, saat ini sedang meningkat drastis, terutama setelah jaringan supermarket di negara-negara Eropa dan juga di Belanda semakin meningkatkan usahanya di sektor itu.

Makanan halal di Eropa saat ini bernilai sekitar 66 milyar dolar termasuk di antaranya adalah daging, makanan segar dan makanan dalam kemasan.

Diperkirakan, pada dasawarsa berikutnya bisnis makanan halal di Eropa akan mengalami peningkatan sebesar 20 hingga 25 persen.

Menurut Direktur Umum Total Quality Halal Correct Certification, salah satu lembaga yang mengeluarkan sertifikat halal di Belanda, B Ali-Salah, semakin diminatinya makanan halal di Eropa tak lepas dari bertambahnya jumlah Muslim yang ada di benua tersebut dan juga meningkatnya kesadaran kaum Muslimin yang ada di sana untuk mengkonsumsi makanan halal.

Tentu saja makanan halal melonjak di Eropa dan Belanda karena semakin banyak orang yang memeluk agama Islam. Selain itu juga karena meningkatnya kesadaran kaum Muslim di Eropa...

"Tentu saja makanan halal melonjak di Eropa dan Belanda karena semakin banyak orang yang memeluk agama Islam. Selain itu juga karena meningkatnya kesadaran kaum Muslim di Eropa. Jadi kaum muslim sekarang lebih berhati-hati dan teliti terhadap makanan halal. Jadi kesadaran dan jumlah kaum muslim, menurut kami merupakan perkembangan yang sangat baik.

Dibanding dahulu, penduduk beragama Islam di Eropa kini mencapai sepuluh persen di tiap negara. Oleh karena itu makanan halal merupakan pasar yang sangat menarik untuk dikembangkan di Belanda dan Eropa. Untuk itu perlu dikembangkan pula sistem pengawasan yang lebih ketat di Eropa agar makanan halal tersebut memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.

Banyak supermarket di Belanda yang mulai menyediakan tempat khusus untuk daging halal. Namun apakah itu memang benar-benar halal, maka harus ditentukan oleh lembaga independen yang khusus mengeluarkan sertifikasi halal tersebut. Salah satu organisasi adalah Halal Correct, tugasnya mengirim inspektur dan memberikan sertifikasi.

Kerjasama MUI

Menurut Ali, yayasannya juga bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI menugaskan organisasinya untuk mengecek daging-daging yang diimpor ke Indonesia, karena MUI sendiri tidak bisa mengirimkan orangnya ke Eropa untuk mengecek daging yang diproses di Belanda misalnya.

"MUI mengontrol seluruh kualitas dari makanan halal yang masuk ke Indonesia dan itu berarti makanan tidak dapat begitu saja masuk ke Indonesia. Dan karena mereka tidak dapat berada di Eropa maka mereka bekerjasama dengan sekitar empat organisasi di Eropa, di antaranya dengan Halal Correct. Dan itu tidak langsung terjadi. Kami harus mengirim orang kami ke Indonesia dan harus dididik di sana" kata Ali.

Kerjasama dengan organisasi di luar Indonesia tersebut harus diuji setiap dua tahunnya. Menurut Ali Salah, MUI menerapkan syarat yang terketat dibanding organisasi dari negara-negara Islam lainnya misalnya Malaysia dan bahkan negara-negara Arab. MUI menurut Ali Salah sangat tegas terhadap kontrol tersebut. Dan hal itu menurut Ali Salah harus diikuti oleh organisasi-organisasi sertifikasi lainnya.

Ketatnya syarat yang di tetapkan sangat dibutuhkan di Eropa, apalagi di Belanda karena menurutnya industri pengolahan daging di Belanda belum sehalal seperti yang digembar-gemborkan selama ini.

"Ya memang benar, industri pengolahan daging di Belanda tidak selalu halal. Saya juga ingin memberi tahu kepada masyarakat Muslim Indonesia di Belanda agar lebih berhati-hati dan jangan makan daging yang tidak ada tanda sertifikasinya. Halal tidak selamanya benar-benar halal di Belanda".

Menurutnya persyaratan halal bagi daging adalah daging yang sehat dan dapat dikonsumsi oleh manusia serta daging tersebut disembelih dengan ritual agama Islam dan dikontrol. Untuk makanan lainnya maka bahan-bahannya juga harus diperhatikan menurut hukum islam.

Benarkah halal?

Menurut Ali Salah tidak semua makanan terutama daging di Belanda yang benar-benar halal. "Tidak semua supermarket di Belanda menjual produk yang mereka katakan halal. Karena kadang produk yang dijual di supermarket disertifikasi oleh pemasoknya. Itu tidak benar. Sertifikasi seharusnya dilakukan oleh lembaga yang independen. Supermarket di Belanda tidaklah terlalu memperhatikan hal itu"

Tidak semua supermarket di Belanda menjual produk yang mereka katakan halal. Karena kadang produk yang dijual di supermarket disertifikasi oleh pemasoknya. Itu tidak benar. Sertifikasi seharusnya dilakukan oleh lembaga independen. Supermarket di Belanda tidaklah terlalu memperhatikan hal itu"

Kecurigaan akan apakah makanan yang dijual benar-benar halal juga mempengaruhi, Muhamad Ali Ahmad, dari PPME (Persatuan Pelajar Muslim Eropa) di Amsterdam Belanda. Ia mengatakan tidak akan membeli makanan di supermarket kalau tidak benar-benar yakin bahwa itu adalah makanan halal.

"Saya senantiasa beli ke tempat-tempat yang disembelih, yang jelas bahwa sembelihannya itu adalah sembelihan secara halal. Dan itu adalah kewajiban umat muslim untuk mencari sembelihan yang halal. Saya belum tahu sejauh mana mereka mengkonsumsikan yang halal. Tapi kalau memang ada saya akan beli kesana," kata Ahmad.

Ali Salah, sebagai ketua organisasi sertifikat memberi contoh bahwa di Indonesia tidak hanya melihat bagaimana menyembelih binatang. Namun halal di Indonesia juga ke makanan lainnya. Ia berangan-angan kalau saja Belanda mengikuti jejak Indonesia soal halal tersebut.

Apakah makanan-makanan itu halal atau tidak, yang jelas Belanda dan negara Eropa lainnya semakin melirik sektor makanan khusus untuk kaum Muslim tersebut. Namun apakah kwalitas halal benar-benar bisa dipertanggungjawabkan di Eropa? Hal itu masih membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk membuktikannya. (aa/rnw)


latestnews

View Full Version