Muslim Denmark masih terlihat berhati-hati menyambut hari Senin, 7 Desember kemaren, sehubungan dengan pendirian sebuah Partai Islam yang dimaksudkan sebagai penyeru suara minoritas dan kelompok tertindas di negara Skandinavia itu.
"Saya melihatnya sebagai suatu langkah yang baik bagi umat Islam Denmark," ujar politisi muslim Asmaa Abdol-Hamid kepada Islamonline melalui sambungan telepon dari Kopenhagen.
"Namun demikian, kita harus menunggu dan melihat terlebih dahulu program-programnya sebelum kita menyimpulkan posisi kita mengenainya.
"Kami masih belum tahu apakah partai itu memasukkan muslim Denmark, warga Denmark atau minoritas sosial. Jadi, kita harus bersabar terlebih dahulu sampai melihat program-programnya terlebih dahulu.
Menteri Sosial dan Dalam Negeri Denmark sebelumnya telah memberikan izin untuk mendirikan sebuah Partai Islam di Denmark.
"Masyarakat Denmark tebentuk oleh fakta bahwa muslim tidak boleh membentuk kelompok untuk bersuara," kata Ras Anbessa, pendiri Partai Muslim Denmark.
Dalam aturan setempat, sebuah partai baru harus mengantongi setidaknya 20 ribu tandatangan sebagai pemenuhan syarat untuk mengikuti pemilu...
"Tetapi kita secara kontinyu perlu mengidentifikasi diri kita sebagai sebuah kelompok terpisah, jadi kita mungkin akan berdiri bersama dan sejajar serta bekerja bareng menciptakan hal-hal yang positif.
Anbesaa juga mengatakan partai baru ini akan berbicara dan bersuara atas nama Muslim Denmark dan kelompok-kelompok tertindas seperti para tuna wisma, orang hilang, para pemuda, dan kelompok lanjut usia.
"Kita harus masuk dan mengenalkan kepada orang-orang yang kita percayai sedang berada pada situasi-situasi terburuk dan kemudian mendatangi mereka dengan menawarkan beberapa solusi yang serius serta efektif untuk memecahkan masalah mereka."
Dalam aturan setempat, sebuah partai baru harus mengantongi setidaknya 20 ribu tandatangan sebagai pemenuhan syarat untuk mengikuti pemilu.
Anbessa mengatakan tujuan utama partainya saat ini adalah untuk menegaskan posisinya terhadap partai-partai pemerintah, seperti Partai Rakyat Denmark (DPP), yang dikenal sebagai partai Anti Muslim dan Anti Islam.
"Satu hal yang kita akan lakukan adalah mengetuk pintu-pintu anggota-anggota partai oposisi dan meminta mereka untuk lebih kuat dan tegas lagi mempublikasikan perbedaan mereka dengan partai-partai penguasa, karena saya tidak berpikir orang-orang dapat benar-benar melihatnya (sikap oposisi_red) saat ini."
Denmark adalah sebuah negeri dengan pemeluk Islam berada sebagai golongan minoritas. Jumlah pemeluk Islam berkisar 250 ribu saja di tengah populasi total Denmark yang mencapai 5,4 juta jiwa. Dengan jumlah yang sedikit tersebut, Islam telah menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen Protestan Luther.
Skeptis
Muslim Denmark, bagaimanapun, masih terlihat skeptis dan ragu bahwa partai baru itu akan mampu diterima dalam masyarakat.
"Keputusan menteri memang seolah memberi anda optimisme dan angin segar," kata tokoh Islam Denmark, Imam Abdul Wahid Pederson.
"Namun, sangat sulit dipercaya dan mustahil sekali partai ini akan dapat berbicara banyak di parlemen."
Abdul Wahid menyatakan bahwa muslim Denmark tidak memiliki sebuah lembaga untuk menyuarakan aspirasi mereka, meskipun telah ada kehadiran 4 politisi muslim di dalam parlemen.
"Kita telah memiliki 4 orang muslim di dalam parlemen yang seharusnya mampu berbicara banyak dan menyuarakan aspirasi umat Islam, namun faktanya itu tidak mereka lakukan," ujar imam Abdul Wahid. "Mereka lebih berperan sebagai penyalur aspirasi dan kepentingan partainya saja.
Namun, Abdul Wahid masih menunjukkan sikap optimismenya bahwa partai baru ini akan mampu mewakili suara minoritas Muslim.
"Jika kita mampu memiliki sebuah partai yang menyuarakan suara minoritas ini, kita harus berusaha mencobanya terlebih dahulu."
Namun kebanyakan Muslim Denmark terlihat biasa tentang partai baru ini. "Sangat sulit bagi warga muslim Denmark untuk menjadi kekuatan politik di Denmark," ujar jurnalis muslim, Nidal Abul-Arif.
Menurutnya, dibutuhkan setidaknya 2 persen dukungan suara untuk mampu berbicara cukup dalam parlemen melalui pemilu.
"Dan angka 2 persen merupakan sebuah angka yang sangat sulit bagi warga muslim."
Abu Arif juga mengkhawatirkan bahwa nama partai baru tersebut justru dapat menjauhkan warga Denmark darinya.
"Nama partai yang memberi kesan sebuah religiusitas, akan membuatnya sulit diterima dan dipilih oleh warga non Muslim.
"Selain itu, pendiri partai ini pun bukan merupakan tokoh yang dikenal luas. Ia merupakan tokoh yang tak dikenal yang tidak berkoordinasi dengan kelompok-kelompok muslim di negara ini sebelum melangkah lebih jauh. [voa-islam.com/iol]