View Full Version
Kamis, 14 Jan 2010

Inggris Rehabilitasi 'ekstremisme' Pada Anak-Anak Muslim

London (voa-islam.com): Polisi Inggris menempatkan beberapa anak-anak Muslim berusia tujuh, delapan dan sembilan tahun pada program anti-radikalisasi untuk memantau tanda-tanda ekstrimisme. Sebuah studi baru menunjukkan banyak orang-orang Inggris melihat Muslim sebagai ancaman.

"Ada sejumlah kecil anak-anak berusia tujuh, delapan dan sembilan," Craig Denholm, wakil kepala polisi Surrey yang mengawasi program, mengatakan kepada Sunday Times pada 10 Januari.

Hampir 55 persen dari 4.486 orang yang disurvei menyuarakan menentang mereka yang ingin memiliki masjid besar di komunitas mereka.

Lebih dari 10 murid Muslim, usia 7-10, dan 228 remaja telah diarahkan ke proyek anti-radikalisasi untuk rehabilitasi setelah mereka didiagnosa "berpotensi rentan terhadap kekerasan ekstremisme."

"Bagi orang-orang yang akan diidentifikasi harus ada perubahan yang nyata dalam perilaku dan tanda-tandanya," kata Denholm.

Sebagai contoh, satu anak dirujuk ke program oleh guru setelah menulis di buku sekolah bahwa ia ingin menjadi seorang pembom bunuh diri.

Lainnya ditempatkan pada program ini setelah mengadopsi pakaian tradisional yang dilihat dan dikaitkan dengan "ekstremis".

Polisi mengatakan banyak dari anak-anak telah mengembangkan ide-ide seperti setelah surfing situs Web tertentu atau melihat materi ekstremis di toko-toko buku.

Proyek bernama Channel, yang diluncurkan oleh Kantor Pusat setelah serangan 2005 7 / 7, dimaksudkan untuk mengalihkan rentannya individu dari ekstremisme.

"Program ini tidak cocok untuk orang-orang berbahaya atau yang telah melewati ke ekstremisme kekerasan," kata Denholm.

Masyarakat menggunakan berbagai cara seperti sepakbola, pembinaan melalui petualangan di alam atau kursus untuk mencoba mengintegrasikan anak-anak yang rentan terhadap ekstrimisme kedalam masyarakat umum.

"Seluruh Tujuannya adalah untuk membujuk."

Kecurigaan

Hal ini dilakukan setelah sebuah studi baru oleh Pusat Penelitian Sosial, yang dirilis akhir bulan ini, menunjukkan semakin banyak orang Inggris memandang umat Islam dengan kecurigaan.

"Banyak orang tetap toleran terhadap pidato yang tidak populer serta busana khusus dan perilaku keagamaan, tetapi sebagian besar penduduk Inggris tidak suka dengan subkultur," David Voas, profesor studi populasi dari Manchester University, yang menganalisis studi ini mengatakan kepada the Telegraph.

Menurut penelitian, banyak orang Inggris percaya bahwa percobaan multikultural telah gagal.

Hampir 55 persen dari 4.486 orang yang disurvei menyuarakan menentang mereka yang ingin memiliki masjid besar di komunitas mereka.

Banyak juga yang menyatakan kesediaannya untuk membatasi kebebasan berbicara yang bisa dianggap sebagai ekstremisme.

"Ini jelas ancaman bagi identitas nasional jika mengurangi kesediaan untuk mengakomodasi kebebasan berekspresi."

Sebuah survei yang dilakukan oleh the Financial Times pada 2007 menunjukkan bahwa orang Inggris adalah yang paling mencurigai Muslim.

Namun studi yang dilakukan oleh Open Society Institute selama dua setengah tahun dan dipaparkan pada bulan Desember 2009 menyimpulkan bahwa kaum Muslim Inggris, diperkirakan mencapai 2 juta, adalah yang paling patriotik di Eropa.

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata 78 persen Muslim mengidentifikasi diri mereka sebagai orang  Inggris dan bahwa tingkat patriotisme mereka jauh lebih tinggi di antara generasi kedua umat Islam.

[voa-islam/io]


latestnews

View Full Version