Philipina (Voa-Islam.com) - Gerilyawan komunis di Philipina telah mengumpulkan lebih dari 1 miliar Peso (+/- 200 miliar Rupaiah) melalui pemerasan selama 13 tahun dan berencana memeras lebih banyak uang dari para kandidat menjelang pemilihan umum musim semi ini, kata militer kemarin.
Presiden Philipina Gloria Macapagal Arroyo telah memerintahkan 120,000 kekuatan militer Philipina untuk mengalahkan pemberontakan Maois yang berlangsung sejak 40 tahun lalu pada akhir masa jabatannya Juni nanti.
Philipina akan memilih untuk presiden baru, senator-senaor, anggota kongres dan ribuan pejabat sampai ketingkat desa pada 10 Mei. Akhir pemilihan telah dirusak oleh pertumpahan darah dan kecurangan.
Dokumen yang disita dari anggota gerilyawan komunis yang di tangkap menunjukkan bahwa mereka merencanakan untuk memeras uang dan senjata api dari para kandidat sebagai pertukaran perlindungan keamanan dari serangan para pemberontak, dan juga membantu dalam memperoleh dukungan diseluruh wilayah pedalaman, kata komandan pelayanab hubungan sipil-militer Brigadier General Francisco Cruz dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan tuntutan seperti itu tidak masuk akal sebab para para pemberontak komunis tidak mengontrol setiap wilayah atau para pemilih.
Sejak 1996, pemberontak telah memeras uang lebih dari 1 miliar Peso (+/- 200 miliar Rupaiah) dari perusahaan konstruksi, pertambangan, telekomnikasi, transportasi dan penebangan kayu, termasuk juga para petani, kata Cruz.
Para kandidat harus segera melaporkan setiap pemerasan dari 5000 orang pasukan pemberontak Tentara Rakyat Baru (NPA) sebab memberikan mereka dana atau senjata akan memperkuat kelompok tersebut, kata Cruz.
"Ini adalah musim bagi mereka mencetak uang," katanya. "Pemerasanlah yang membuat mereka terus hidup, bukan ideologi mereka."
Gerilyawan Maois juga mencoba memeras uang dari sebuah perusahaan yang dikontrak oleh komisi pemilihan untuk memasok mesin suara otomatis nasional, kata Cruz.
Sejak 1996, pemberontak telah memeras uang lebih dari 1 miliar Peso (+/- 200 miliar Rupaiah) dari perusahaan konstruksi, pertambangan, telekomnikasi, transportasi dan penebangan kayu, termasuk juga para petani, kata Cruz.
Menolak membayar upeti dapat memyebabkan perusahaan mendapat serangan dari pemberotak, katanya. Awal bulan ini, gerilyawan pemberontak menghancurkan pohon-pohon pisang dan sebuah beckhoepada sebuah perusahaan perkebunan milik asing di selatan provinsi Surigao Del Sur setelah perusahaan tersebut menolak membayar uang perasan kepada pemberotak, katanya lagi.(tt)