Arakan State (Voa-Islam.com) - Personil Pasukan Keamanan Penjaga Perbatasan Burma (Nasaka) terus menakut-nakuti Muslim Rohingya sejak Januari 2010 di kota Buthidaung, kata seorang penduduk desa.
Personel Nasaka dari pos Oo Hla Pe pergi ke desa-desa dan memasuki rumah-rumah penduduk, memperkosa para gadis dan memeras uang dari masyarakat dengan tuduhan-tuduhan palsu.
Pos Oo Hla Pe yang ada di Bathidaung terdiri dari lima orang pasukan Nasaka yang bertugas, dipimpin oleh seorang komandan, Dokter Thien Win dan yang lain merupakan sersan yang baru datang dari Alay Than Kyaw sektor 7 Kota Maungdaw, kata sumber tersebut.
Setiap malam personel Nasaka tersebut pergi ke desa-desa dan menahan orang-orang tanpa alasan yang jelas lalu memeras uang dari mereka.
Pada tanggal 15 Januari, personel Nasaka dan komandannya Dokter Thien Win meminta 200,000 Kyat kepada seorang penduduk Muslim Sayyed Hussain dari desa Sindaung karena menduga bahwa menantunya pergi ke Bangladesh untuk bertemu suaminya yang baru datang dari Saudi Arabia.
..ketika terjadi pemerasan, perkosaan dan kejahatan lainnya terhadap orang-orang Muslim Rohingya, mereka akan merasa bebas dan akan terus melakukannya lagi, karena tidak ada yang berani melaporkan perbuatan mereka, disamping itu, bila ada laporan, para atasan yang berhak menindak, tidak pernah menghukum anggotanya yang terlibat dalam kejahatan tersebut..
Bagaimanpun, Sayyed harus membayar uang dalam jumlah besar kepada Nasaka setelah menjual padinya, dia menambahkan.
Dengan cara yang sama, pada 18 Januari pasukan Nasaka juga mengambil 150,ooo Kyat dari Md Zahan (25), dengan tuduhan bahwa ia seorang calo.
Sebelumnya, personil Nasaka beserta sang komandan memasuki rumah seorang gadis secara paksa dan kemudian memperkosanya. Selam tiga jam korban yang berusia 18 tahun bernama Sakina (nama samaran), tidak sadarkan diri akibat perkosaan tersebut. Sedangkan sang ibu (Nur Begum) tidak berani melapor pada yang berwajib karena takut akan disiksa oleh personil Nasaka.
Pasukan Nasaka biasanya akan menangkap dan menyiksa penduduk jika berani melaporkan kejahatan mereka kepada atasan. Karena itu ketika terjadi pemerasan, perkosaan dan kejahatan lainnya terhadap orang-orang Muslim Rohingya, mereka akan merasa bebas dan akan terus melakukannya lagi, karena tidak ada yang berani melaporkan perbuatan mereka, disamping itu, bila ada laporan, para atasan yang berhak menindak, tidak pernah menghukum anggotanya yang terlibat dalam kejahatan tersebut.
Para penduduk desa mengatakan, "Kami sekarang dalam kondisi ketakutan. Kami tak dapat tidur dimalam hari karena takut pasukan Nasaka akan menahan dan memperkosa keluarga kami. (kp)