View Full Version
Ahad, 31 Jan 2010

Potret Mualaf Belanda

Warga Belanda asli yang memutuskan memeluk Islam tidaklah asing lagi. Kenapa mereka memutuskan diri masuk Islam? Bagaimana tanggapan orang di sekeliling mereka?

Mata Jacob van de Blom berkaca-kaca ketika dia mengucapkan kalimat syahadat. Jacob, matanya biru dan berjenggot merah, lahir dan besar di Rotterdam. Ia dibesarkan dengan Agama Kristen.  Namun demikian, ia selalu punya pendapat sendiri tentang Tuhan dan agama. Sebelas tahun lalu dia masuk Islam. Bagi Jacob ajaran Islam tentang Tuhan sesuai dengan keyakinannya.

Istri
Stefanie Danopoulos, istri Jacob, juga besar di Rotterdam. Karena ibunya orang Belanda dan ayahnya orang Yunani, ia dibesarkan dengan Agama Yunani Orthodox. Sebelumnya Stefanie sama sekali tidak senang dengan keputusan suaminya untuk masuk Islam. Tapi, ia kemudian juga ikut masuk Islam.

"Ketika suami saya menyampaikan niatnya untuk masuk Islam, saya pikir dia sudah gila. Yang kita dengar di media hanyalah hal-hal negatif saja tentang Islam. Jadi, awalnya saya percaya saja tapi semua itu berubah setelah saya mendalami Islam".

Keluarga Stefanie awalnya juga menentang. Namun, setelah beberapa tahun mereka bisa menerima Stefani yang semakin kelihatan tenang dalam menjalani hidup. Orang Yunani Ortodox sangat agamis, mereka senang setidaknya Stefanie masih percaya Tuhan.
 

Diludahi

Namun, dunia luar jauh lebih kejam. Setelah Serangan 11 September di Amerika, Stefanie yang memakai jilbab beberapa kali pernah diludahi orang. Walau demikian, mereka yakin harus berani menunjukkan Islam dalam cara berpakaian mereka. Stefanie tidak perduli orang menatap aneh ke arahnya, yang penting ia percaya agamanya.

Jacob bisa mengerti kenapa ada orang yang melihat miring pilihannya untuk masuk Islam. "Kita, orang Belanda, sudah berabad-abad tinggal di sini. Kita punya identitas sendiri. Jadi wajar saja ketika tiba-tiba ada budaya dari luar yang berkembang di sini, orang sama sekali tidak suka."

Puber
Mengenai kelompok Islam ekstrimis Belanda, Hofstad, yang merencanakan serangan di Belanda, Jacob berpendapat itu adalah kelakuan anak puber.

"Mereka itu hanya anak-anak remaja yang terisolasi. Dengan keadaan semacam itu, mereka bisa saja jadi holigan atau ekstrimis muslim. Itu semua bisa terjadi karena mereka masih dalam masa puber".  

Menurut Jacob ketakutan orang terhadap Islam karena tidak banyak informasi tentang Islam. Pengetahuan dasar tentang Islam tidak ada di Belanda. Pemerintah dan dinas intelejen juga tidak punya pengetahuan yang cukup tentang Islam. Menurut Jacob keadaan ini sangat disesalkan karena menimbulkan rasa takut terhadap Islam di masyarakat.[zak/rnw]


latestnews

View Full Version