Bangladesh (Voa-Islam.com) - Sebuah tindakan keras terhadap pengungsi Muslim Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di Bangladesh memaksa ribuan orang untuk melarikan diri dalam ketakutan, pejabat Médecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan.
Lebih dari 6.000 orang telah melarikan diri ke sebuah kamp darurat di perbatasan Burma-Banglades sejak Oktober - 2.000 di antaranya tiba pada bulan Januari hanya seorang diri - kata Paulus Critchly, kepala misi MSF di Bangladesh.
"Muslim Rohingya di Bangladesh saat ini merupakan korban dari kekerasan dan usaha-usaha pemulangan paksa yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
"Banyak laporan dari orang-orang yang dipaksa untuk kembali menyeberangi perbatasan. Usaha-usaha pemulangan paksa oleh Pasukan Keamanan Perbatasan Bangladesh didokumentasikan dengan baik oleh media lokal dan akan diulang dalam cerita-cerita tentang pengungsi Muslim Rohingya di seluruh distrik Cox's Bazar [sepanjang perbatasan Burma]. "
..Muslim Rohingya di Burma dilarang untuk memiliki tanah dan harus mendapat izin dari pemerintah rezim militer untuk menikah atau melakukan perjalanan. Mereka juga dilarang mempraktikkan keyakinan mereka sebagai orang yang beragama Islam..
Rohingya, sebuah kelompok etnis minoritas Muslim dari Burma, merupakan diantara kaum pengungsi yang paling miskin dan paling teraniaya di dunia. Mula-mula dari negara bagian Arakan, mereka telah kehilangan kewarganegaraan Burma sejak 1982 dan secara terus-menerus dianiaya dan dieksploitasi oleh rezim pemerintah militer.
Muslim Rohingya di Burma dilarang untuk memiliki tanah dan harus mendapat izin dari pemerintah rezim militer untuk menikah atau melakukan perjalanan. Mereka juga dilarang mempraktikkan keyakinan mereka sebagai orang yang beragama Islam dan tidak diberi akses untuk mendapat pendidikan umum atau layanan kesehatan.
Mereka secara teratur diganggu dan diusir dari rumah mereka dan sering dipaksa bekerja sebagai budak pekerja bagi militer Burma.
Tidak mengherankan, ratusan ribu dari mereka telah mengungsi, sebagian besar menyeberang ke Bangladesh, di mana mereka telah mendirikan kamp-kamp penghuni liar di distrik Cox's Bazar dan Banderban di dekat perbatasan.
Namun, negara Bangladesh yang penuh sesak dan miskin menolak untuk mengakui mereka sebagai pengungsi yang sah. Dari hampir 500,000 orang pengungsi Muslim Rohingya yang ada di negara itu, hanya 28,000 yang diakui pemerintah Bangladesh sebagai pengungsi terdaftar sedangkan sisanya mereka anggap sebagai pedatang haram.
Akibatnya, sebagian besar Muslim Rohingya yang ada di Bangladesh tinggal dalam kemiskinan dan keputusasaan.
"Mereka tetap terjebak dalam situasi putus asa tanpa masa depan, rentan terhadap serangan, perlakuan kejam dan manipulasi, serta jenis tindakan kekerasan yang intens yang mereka derita sekarang," kata MSF dalam laporan yang dikeluarkan hari ini (Kamis,18/02).
Tindakan keras Bangladesh terhadap Muslim Rohingya baru-baru ini menciptakan sebuah "bencana kemanusiaan," MSF mengingatkan.
..Mereka tetap terjebak dalam situasi putus asa tanpa masa depan, rentan terhadap serangan, perlakuan kejam dan manipulasi, serta jenis tindakan kekerasan yang intens yang mereka derita sekarang..
Dicegah dari bekerja dan menolak memberi bantuan pangan bagi para pengungsi Rohingya, Bangladesh menganggap para pengungsi Muslim Rohingya sebagai beban dan ancaman bagi pasar kerja lokal. Ketidak populeran mereka, "yang dipicu oleh media lokal, membuat mereka mudah dijadikan alat bagi politisi lokal tidak bermoral yang mengharapkan keuntungan sesaat" kata laporan itu.
Sejak Bangladesh mulai mengumpulkan orang-orang Rohingya yang tidak mereka inginkan musim gugur lalu, para pejabat MSF, yang telah memberikan pelayanan medis di Bangladesh sejak 1992, telah melihat peningkatan jumlah muslim Rohingya yang dirawat karena pemukulan, luka sabetan akibat benda tajam dan perkosaan.
Belum selesai permasalahan pengungsi Rohingya di Cox Bazaar Tiba-tiba gelombang baru pengungsi Rohingya di kamp darurat Kutupalong, dekat perbatasan Burma, juga telah menetapkan alarm berdering.
Maret tahun lalu, sebuah survei MSF menunujukkan dari lebih 20.000 pengungsi yang tidak diakui di tempat tersebut, 90% ditemukan dalam kondisi kekurangan gizi.
Dalam satu bulan, dokter MSF mendokumentasikan lebih dari 1.000 anak-anak kekurangan gizi dan merawat lebih dari 4.000 anak di bawah usia lima tahun.
"Kekurangan gizi dan angka kematian sudah melewati ambang batas darurat dan orang-orang kurang memiliki akses untuk air minum yang aman, sanitasi atau perawatan medis," kata laporan MSF. (aa/National Post)
Baca berita terkait :
1. Bangladesh Usir Kembali Pengungsi Rohingya ke Burma
2. Pengungsi Rohingya Terintimidasi di Bangladesh
3. Pengungsi Muslim Rohingya Tolak Dipulangkan ke Myanmar
4. Muslim Rohingya Dijadikan Pekerja Paksa di Burma
5. Derita Muslim Rohingnya