TRIPOLI (voa-islam.com) - Pemimpin Libya Muammar Qaddafi mengajak umat Islam untuk bersama-sama berjihad melawan Swiss dan Zionisme, menyusul pencekalan pembangunan menara masjid oleh Swiss.
Qaddafi juga mendesak umat muslim di manapun untuk memboikot produk Swiss dan melarang pesawat dan kapal dari negara Swiss tersebut singgah di bandara atau pelabuhan di negara-negara Islam.
"Mereka yang merusak masjid Allah pantas diserang melalui jihad, dan bila negara Swiss berbatasan dengan kita, kita akan berperang dengannya," kata Qaddafi seperti dikutip dari kantor berita resmi Libya, JANA.
Pemimpin eksentrik ini menyampaikan seruan jihad melawan Swiss dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kota Benghazi, Libya, Kamis (25/2/2010), yang disiarkan langsung oleh televisi setempat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Swiss, Lars Knuchel, menolak mengomentari pernyataan Qaddafi .
Seperti dikutip dari laman surat kabar The Times, dalam pernyataan yang itu Qaddafi mengatakan bahwa umat muslim di seluruh dunia yang bekerja bersama Swiss adalah murtad, melawan Nabi Muhammad, Allah, dan Quran. Belum jelas bagaimana tindakan jihad itu akan dilaksanakan.
...Mari berjihad melawan Swiss, Zionisme dan agresi pihak asing. Setiap negara Islam yang bekerja sama dengan Swiss adalah pengkhianat dan melakukan perlawanan terhadap Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan Al Quran, seru Qaddafi...
"Mari lakukan jihad melawan Swiss, Zionisme dan agresi pihak asing. Setiap negara Islam yang bekerja sama dengan Swiss adalah pengkhianat dan melakukan perlawanan terhadap Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan Al Quran," lanjut Qaddafi seperti dikutip BBC, Jumat (26/2/2010).
Pernyataan Qaddafi ini makin memperkeruh hubungan diplomatik kedua negara. Hubungan Swiss-Libya membeku setelah putra Qaddafi , Hannibal, dan istrinya ditangkap di sebuah hotel mewah di Jenewa, Swiss, tahun 2008 atas dugaan penyiksaan terhadap seorang pembantu.
Sebelumnya dalam referendum yang diadakan oleh Pemerintah Swiss 57,5 persen warga Swiss menyetujui undang-undang yang melarang pembangunan menara masjid.
Ketegangan antara Libya dan Swiss sendiri makin bertambah rumit, saat negeri di benua Afrika tersebut menghentikan pemberian visa bagi negara-negara Uni Eropa yang ingin berkunjung ke Libya. Penghentian ini mendorong kecaman dari pihak Uni Eropa.
Langkah yang diambil Libya ini dipicu setelah Swiss memasukkan 188 pejabat tinggi Libya ke dalam daftar hitam mereka. Hal ini termasuk menolak pejabat tinggi Libya tersebut memasuki wilayah Swiss, termasuk untuk Qaddafi dan keluarganya.
Selain itu, ketegangan diplomatik antara kedua negara juga dipicu oleh penangkapan anak Qaddafi yakni Hannibal Qaddafi beserta istrinya Aline Skaf di Jenewa pada Juli 2008 lalu. Keduanya sempat dituduh menyiksa pelayan saat sedang menginap di sebuah hotel di Swiss, meskipun tuduhan atas keduanya kemudian dibatalkan.
Penangkapan ini menimbulkan kemarahan kepada Muammar Qaddafi. Ia pun bereaksi dengan menghentikan pasokan minyak, menarik miliaran uang dari rekeningnya di Swiss dan menolak visa untuk warga Swiss serta dilanjuti dengan penarikan diplomat Libya yang berada di Swiss. [taz/okzn, viva]