Azerbaijan (Voa-Islam.com) - Menyusul bentrokan yang terjadi antara polisi dan aktivis Islam di ibukota Baku pada pertengahan Februari, pemerintah Azerbaijan telah memerintahkan semua pegawai negeri untuk menghapus simbol-simbol Islam dari kantor mereka, kata seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri Azerbaijan mengatakan kepada EurasiaNet.
Item keagamaan seperti Al-Quran dan ayat-ayat di kantor-kantor pemerintah semakin disingkirkan dan diganti dengan bendera Azerbaijan dan potret Presiden Ilham Aliyev dan ayahnya, almarhum Presiden Heydar Aliyev.
Sebuah sumber di Kementerian Dalam Negeri yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan bahwa para pejabat telah diperintahkan untuk menghapus item agama tersebut dari kantor-kantor pemerintah, menjelaskan bahwa "Azerbaijan adalah negara sekuler dan agama [seharusnya disimpan] terpisah dari negara. Pemerintah sendiri belum berkomentar secara resmi mengenai masalah.
Laporan keputusan tersebut menyusul bentrokan tidak terduga pada tanggal 13 Februari antara sekitar 100 aktivis Islam dan polisi di Baku yang mengakibatkan beberapa orang luka-luka. Empat aktivis yang ditahan telah dituntut dengan tuduhan mengacau dan melawan polisi.
..Azerbaijan adalah negara sekuler dan agama [seharusnya disimpan] terpisah dari negara..
Beberapa pengamat percaya bahwa pemerintah Azerbaijan menunjukkan kekhawatiran atas meningkatanya minat dalam beragama Islam diantara banyak penduduk Azerbaijan. Tindakan keras pada simbol-simbol keagamaan di kantor-kantor pemerintah mengikuti serangkaian kontroversi mengenai penutupan dan penghancuran masjid-masjid disana.
Aktivis hak asasi manusia Ilgar Ibrahimoglu, imam dari komunitas masjid Juma, Baku dan kepala dari pusat hak asasi manusia DEVAM berpendapat bahwa penghapusan Al-Qur'an dan ayat-ayat dari kantor-kantor pemerintah, jika betul adanya, merupakan "serangan atas kebebasan hati nurani."
Kolumnis politik Mirgadirov mengatakan langkah tersebut menunjukkan kekhawatiran pemerintah bahwa pengaruh Islam dapat "menjadi tak terkendali di beberapa titik."
"Jika demikian, kekhawatiran mereka salah tempat," kata analis keagamaan Yunusov. "Nilai-nilai sekuler merupakan prioritas bagi sebagian besar penduduk negara ini," katanya lagi. Tapi bentrokan dengan demonstran keagamaan bisa membuktikan respon yang berisiko, Yunusov menambahkan. "Kekerasan menciptakan respons kekerasan," katanya. (aa/kc)