View Full Version
Kamis, 18 Mar 2010

Muslim Philipina Peringati Pembantaian Jabidah

Cotabaot (Voa-Islam.com) - Muslim Philipina dipimpin oleh para pemimpin senior dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) hari ini merayakan Hari Bangsamoro, atau hari ketika Pembantaian Jabidah yang terkenal terjadi di Pulau Corregidor 42 tahun yang lalu.

Perlu diingat bahwa pada tanggal 18 Maret 1968, total 28 pemuda Moro, yang disebut sebagai Komando Jabidah, dari hampir 300 pemuda Muslim yang direkrut dan sedang menjalani pelatihan perang gerilya di Pulau Corregidor dieksekusi oleh para petugas pelatih mereka dari personel Angkatan Bersenjata Philipina.

"Insiden Corregidor" yang lebih dikenal sebagai Pembantaian Jabidah mencapai penyelidikan Senat Philipina setelah salah seorang Muslim Moro yang di rekrut selamat dari pembantaian dan melaporkan kejadian tersebut. Pria yang diidentifikasi sebagai Jibin Arula dari Siasi, Sulu mampu bertahan hidup dengan berenang menyeberangi laut yang dipenuhi ikan hiu antara pulau Corregidor dan Kota Cavite di dekatnya. Mendiang Senator Benigno "Ninoy" Aquino dari Partai oposisi Liberal kemudian mengambil inisiatif dalam mengungkap pembantaian tersebut di lantai Senat.

..28 pemuda Moro, yang disebut sebagai Komando Jabidah, dari hampir 300 pemuda Muslim yang direkrut dan sedang menjalani pelatihan perang gerilya di Pulau Corregidor dieksekusi oleh para petugas pelatih mereka dari personel Angkatan Bersenjata Philipina.

Bahkan wartawan yang menulis berita ini, yang saat itu masih sebagai murid sekolah, secara pribadi melihat pemimpin kamp pelatihan tersebut, Kolonel Angkatan Udara Eduardo Martelino dan pembantunya yang dikenal sebagai "Sersan Joe "pergi ke Indanan, Sulu dan merekrut beberapa pemuda di kotamadya tersebut.

Selama Penyelidikan Senat, terungkap bahwa latihan gerilya dari pemuda Muslim terutama mereka yang berasal dari Sulu dan Tawi-Tawi adalah bagian dari sebuah grand design untuk menyerang Sabah dengan kode operasi militer bernama "Operasi Merdeka," atau dalam dialek Tausug itu berarti "Mahardika" atau kebebasan.

Pembantaian itu sendiri terjadi kerena penolakan dari para pemuda Muslim Moro untuk memerangi sesama saudara Muslim di Sabah, Malaysia setelah mereka mengetahui tujuan asli dari misi militer tersebut, yaitu adalah "Penyerangan Sabah." Pada awalnya mereka diberitahu bahwa mereka sedang menjalani pelatihan militer berat yang yang mencakup perang hutan, scuba diving dan sebagai pasukan penerjun payung udara untuk berperang melawan pembrontak komunis.

Namun setelah mereka mengetahui fakta sebenarnya, mereka kemudian melancarkan protes terhadap para pelatih yang berasal dari angkatan bersenjata Philipina hingga berujung pada pembantaian yang saat ini dikenal sebagai "Pembantaian Jabidah."

..300 orangTausug dan Sama (Tawi-Tawi pribumi) direkrut oleh Angkatan Bersenjata Philipina untuk "Operasi Merdeka," Yang direncanakan oleh rezim Marcos untuk menyerang dan mengambil kembali Sabah dari Malaysia.

Banyak orang-orang Moro yang sangat marah oleh perlakuan tidak manusiawi terhadap rekrutmen Muslim karena mereka dibunuh dengan tembakan senjata otomatis dari senapan mesin kaliber 30 dan senapan mesin kaliber 50 yang dipasang pada sebuah mobil Pengintai.

Atas kejadian ini sekelompok intelektual Muslim di Manila di mana beberapa dari mereka merupakan mahasiswa mulai membentuk gerakan mereka sendiri sebagai reaksi terhadap Pembantaian Jabidah. Kelompok intelektual yang dipimpin oleh seorang profesor ilmu politik muda dari Universitas Philipina, Nur Misuari kemudian mengorganisir diri hingga akhirnya menjadi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) seperti yang kita kenal sekarang ini.

Dr Parouk Hussin, pemimpin senior MNLF dan mantan Gubernur Daerah Otonomi Muslim di Mindanao menegaskan bahwa sekitar 300 orang Tausug dan Sama (Tawi-Tawi pribumi) direkrut oleh Angkatan Bersenjata Philipina untuk "Operasi Merdeka," Yang direncanakan oleh rezim Marcos untuk menyerang dan mengambil kembali Sabah dari Malaysia. Rekrutmen baru tersebut pada awalnya dilatih dalam perang hutan di Camp Sophia dalam pulau kecil Simunul di Tawi-Tawi sebelum akhirnya dikirim ke Pulau Corregidor untuk pelatihan militer lebih lanjut. (mnt)


latestnews

View Full Version