View Full Version
Sabtu, 10 Apr 2010

Kelurga Korban Penembakan Tuntut Pilot Amerika ke Pengadilan

Irak (Voa-Islam.com) - Keluarga dari warga sipil Irak, yang terlihat ditembaki dan dibunuh oleh pasukan Amerika Serikat di sebuah video, menuntut keadilan atas kematian mereka.

Awal pekan ini Wikileaks, sebuah situs web whistleblower yang menerbitkan dokumen-dokumen dari sumber yang tidak disebutkan namanya, merilis sebuah video yang menunjukkan penembakan oleh militer Amerika Serikat  terhadap sekelompok warga sipil di Baghdad tiga tahun lalu.

Penembakan itu menewaskan 12 orang tewas, termasuk dua pegawai dari kantor berita Reuters.

Mengatahui kenyataan bahwa kejadian itu sebuah hal kesengajaan, keluarga korban mengatakan kepada Al Jazeera mereka ingin agar personil militer yang bertanggung jawab atas kematian keluarga mereka dibawa ke pengadilan.

..Lalu setelah itu, yang aku dengar hanya desingan peluru ... Mengapa mereka menembak kami? Tidakkah mereka melihat kami ini adalah anak-anak?" kata Sajad Mutashar, yang saat itu ikut tertembak dan terluka bersama dengan adiknya..

Dua anak kecil korban penembakan dalam mobil yang selamat namun ayahnya tewas dalam serangan itu tidak mengerti mengapa mereka menjadi sasaran.

"Kami kembali dan kami melihat orang yang terluka,  Ayahku berkata, mari kita membawanya ke rumah sakit.. Lalu setelah itu, yang aku dengar hanya desingan peluru ... Mengapa mereka menembak kami? Tidakkah mereka melihat kami ini adalah anak-anak?" kata Sajad Mutashar, yang saat itu ikut tertembak dan terluka bersama dengan adiknya.

Pamannya, Satar, menuntut pilot dibawa ke pengadilan.

"Tidak ada seorangpun (dari pihak militer Amerika serikat) yang memberikan bantuan kepada anak-anak ini, hak-hak mereka telah hilang dan Amerika bahkan tidak memberikan kompensasi untuk mobil keluarga kami yang hancur. Aku menjualnya seharga $ 500 dan menghabiskan uang tersebut untuk merawat mereka," kata Satar kepada Al Jazeera, membantah klaim pasukan Amerika Serikat yang menyatakan telah memberikan ganti rugi kepada para korban penembakan tersebut.

'Pilot Monster'

Keluarga Saeed Chamgh, salah satu karyawan Reuters yang tewas dalam serangan itu, juga menuntut keadilan atas kematiannya.

"Pilot itu bukan manusia, dia seorang Monster. Apa yang telah saudara saya lakukan? Apa yang Anak-anaknya lakukan?. Apakah pilot menerima anak-anaknya untuk menjadi yatim piatu?" kata Safa Chmagh, saudara Saeed, kepada Al Jazeera.

"Insya Allah kami tidak akan meninggalkan hak-haknya."

Salwan Saeed bin Saeed, berkata: "Orang Amerika telah menghancurkan tulang punggung keluarga dengan membunuh ayah saya.

"Aku tidak akan membiarkan Amerika lolos begitu saja, kata Salwan.

Amerika Serikat yang lagi lagi membela pasukannya menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dari dua penyelidikan yang telah dilakukan pihak militer mengatakan kru pesawat telah bertindak secara tepat dan mengikuti aturan peperangan.

..Aku tidak akan membiarkan Amerika lolos begitu saja, kata Salwan..

Menurut penyelidikan Pentagon atas peristiwa tersebut, kru pesawat punya alasan untuk percaya bahwa orang-orang terlihat di video itu adalah pejuang anti-pemerintah.

Tapi Mark Taylor seorang ahli hukum internasional dan direktur di Institut Studi Internasional Fafo di Norwegia, mengatakan kepada Al Jazeera bukti sejauh ini "menunjukkan bahwa ada kasus yang telah dibuat, bahwa kejahatan perang telah dilakukan".

Taylor mengatakan pemerintah Amerika Serikat, khususnya militer Amerika, harus melihat lebih dekat pada penyelidikan ini.

"Ada pertanyaan tentang cara penyelidikan dilakukan dan apakah dilakukan dengan cara yang tepat atau tidak," katanya.

"Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan lebih besar tentang hukum perang. Saya pikir apa yang video ini tunjukkan adalah benar-benar sebuah kasus yang menantang hukum perang yang cukup ketat, ia menambahkan.

Taylor mengatakan keluarga Irak mungkin bisa mendapatkan kompensasi moneter, tapi dibalik itu mungkin ada kasus yang lebih besar untuk ungkap.

WikiLeaks mengatakan video tersebut diperoleh dari sejumlah "whistleblowers militer".(aa/aje)


latestnews

View Full Version