BAGHDAD (voa-islam): Seorang pejabat resmi keamanan di Provinsi Diyala mengungkapkan kepada media bahwa milisi Syi'ah Ahlul Haq yang berhubungan dengan Iran berada dibelakang ledakan-ledakan yang menargetkan warga sipil Irak.
Sering kali pihak berwenang di Diyala dan wilayah lain di Irak melemparkan tuduhan kepada Al-Qaeda dan Partai Baath, dengan mengatakan: Mereka berada di belakang pengeboman yang menargetkan warga sipil, tetapi seharusnya setelah pengungkapan ini tuduhan akan diarahkan kepada milisi Syi'ah, terutama setelah laporan pihak perlawanan (mujahidin) yang menekankan bahwa operasi mereka hanya ditujukan terhadap pasukan pendudukan Amerika.
Pejabat keamanan yang menolak disebutkan identitasnya mengatakan bahwa enam tahanan mengaku sebagai anggota kelompok Ahlul Haq (syi'ah), yang salah satunya bekerja untuk pasukan keamanan di Diyala.
Pihak Keamanan tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang jumlah warga sipil yang tewas dan terluka oleh ledakan, tetapi pernyataan yang dibuat oleh para pejabat di kepolisian Diyala yang difokuskan pada daerah Khalis, di mana sebelumnya diumumkan penangkapan pemimpin "kelompok" khusus, nama panggilan untuk kelompok bersenjata yang melakukan pembunuhan dan pengusiran karena latar belakang sektarian di Baghdad dan Irak selatan.
Keterlibatan Iran:
Pasukan Amerika mengatakan dalam laporan mereka bahwa kelompok tersebut terkait dengan Iran dan menerima dukungan dan pelatihan dari Pasukan Qods Irak.
Kelompok Ahlul Haq dikepalai oleh mantan menteri transportasi dan pemimpin aliran Sadr Salam al-Maliki. Kelompok tersebut melakukan operasi penculikan tenaga ahli Inggris Peter Moore pertengahan 2007 dan empat bodyguardnya dari sebuah gedung Kementerian Keuangan di pusat Baghdad, dan dilaporkan bahwa mereka telah dipindahkan ke Iran sebelum Peter Moore dibebaskan.
Pihak pemerintah Irak telah melakukan negosiasi panjang untuk membebaskan warga Inggris, perundingan tersebut dipimpin oleh penasehat Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan pemimpin terkemuka Partai Dakwah, Sami al-Askari, dan kelompok Ahlul Haq menekankan tuntutan mereka supaya dibebaskan dua pemimpin gerakan Sadr yaitu Qais Khazaali, saudaranya Laith Khazaali, dan Abdul Hadi al-Darraji, yang telah ditahan oleh pasukan AS di penjara, "Cropper 2" di dekat bandara Baghdad.
Milisi Syi'ah melaksanakan agenda Iran:
Penulis dan analis politik Irak Mowaffak Rifai mengatakan: Pihak perlawanan di mana-mana biasanya dengan semua kekuatannya menargetkan para penjajah dan antek-antek mereka, menekankan bahwa pihak perlawanan tidak menargetkan warga sipil dan lembaga negara yang melayani warga dalam kondisi apapun.
Adapun milisi - seperti dikatakannya - banyak macamnya dan menggunakan nama-nama yang berbeda tidak dianggap sebagai pihak perlawanan, karena dua alasan: Pertama, tidak menargetkan pasukan pendudukan, dan yang kedua bahwa mereka melaksanakan agenda partai atau pihak kepada siapa mereka bekerja.
Muqtada al-Sadr menyebutkan bahwa dia berlepas diri dari kelompok Ahlul Haq dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, menuduh bahwa organisasi tersebut telah memicu fitnah sektarian dan memicu perselisihan sipil dan pemerintah yang menyebabkan penangkapan. Dia mengatakan bahwa kelompok Ahlul Haq "tidak membedakan antara penjajah dan warga sipil dan menyebarkan bahan peledaknya di kota-kota dan pertokoan".
Pada gilirannya, faksi-faksi perlawanan Irak dari waktu ke waktu mengumumkan berlepas diri dari setiap penargetan warga sipil dan bahwa mereka hanya menargetkan pasukan pendudukan.
(ar/islammemo)