MADRID (voa-islam.com): Pihak berwenang Spanyol menahan Imam masjid asal Maroko atas tuduhan pemukulan dan perlakuan buruk kepada 12 siswa dari Sekolah budaya Arab, dan menutup masjid di mana dia bekerja, dengan alasan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan hukum yang berlaku di Spanyol.
Keputusan yang menimbulkan perasaan shock di kalangan umat Islam di Spanyol, terkait dengan Masjid "Anisa" di desa St Anthony di kota Ibiza, yang ditutup otoritas keamanan dengan lilin merah dan para jamaah sholat dilarang mendekatinya, sampai menunggu selesainya investigasi dan ditentukan nasibnya.
Tutup mulut terkait insiden tersebut:
Surat kabar "Diario de Ibiza" berbahasa-Spanyol melaporkan bahwa polisi Spanyol telah meminta umat Islam tidak berbicara kepada pers terkait dengan kasus ini sampai selesai investigasi karena takut beritanya tersebar luas sehingga memicu sikap anti Spanyol yang menghormati kebebasan pribadi dan agama.
Terdapat sekitar 1549 muslim di St Anthony, 1.490 diantaranya dari Maroko, dan sisanya dari Arab Saudi, Irak, Aljazair, Afghanistan dan Uni Emirat Arab, menurut laporan "Al-Arabiya.Net" dikutip dari berita koran.
Awal masalahnya adalah karena kepolisian setempat menerima banyak keluhan dari orangtua tentang anak-anak mereka yang dipukul kepala, lengan dan punggung mereka dengan tongkat, namun polisi tidak menjelaskan informasi apapun tentang keluhannya, dan setelah masjid ditutup.
Situasi shock:
Keputusan menutup masjid Muslim di wilayah tersebut menimbulkan situasi shock, terutama karena itu adalah baru pertama kali, karena sebelumnya belum pernah ada keputusan penutupan salah satu masjid.
Fatima binti Mergi - salah satu jamaah setia masjid Anisa- asli Maroko (39 tahun) yang mengenakan jilbab: "Saya terkejut dengan berita penangkapan imam, dan saya sangat sedih setelah ditutup masjid yang disana saya biasa sholat dan belajar, dan mengirimkan putriku Marianne (4 tahun) ke Sekolah Budaya Arab untuk mengajarkan Al-Qur'an untuk memelihara budaya Arab dan Islam dan supaya putri saya mencintai agamanya dan memahami akidahnya ketika besar nanti".
Kejadian tersebut tidak hanya berpengaruh bagi kaum Muslimin saja tetapi juga berimbas pada penganut agama lain, Sezer Tambo (70 tahun) yang tinggal di sebelah masjid yang telah ditutup mengatakan "masjid ini tidak menyebabkan ketidaknyamanan sedikitpun, dan kaum Muslimin datang untuk sholat tanpa membawa masalah apapun, dan secara umumnya kami tidak memiliki masalah dengan masyarakat Muslim dan kami juga terkejut dengan apa yang terjadi".
Hilda Kurrenter (44 tahun), direktur sekolah dasar "Sinial" di kota itu mengatakan: "Para siswa muslim yang belajar di sekolah juga tidak satupun dari mereka membuat keluhan pemukulan atau pelecehan kepada administrasi sekolah karena mereka belajar bahasa Arab di masjid dan belajar bahasa Spanyol di sini, anehnya bahwa siswa tampak kecewa dengan penutupan masjid dan saya tidak menemukan pembenaran untuk tindakan ini dan jika saya salah sebagai direktur sekolah apakah polisi akan menutup pintu sekolah, atau hanya akan menginterogasi saya, sebenarnya saya terkejut atas apa yang terjadi".
Adapun Harmer Cáceres (51 tahun), pemilik toko, mengatakan: "Saya juga dirugikan dengan penutupan masjid dan saya penganut kristen, tapi para pelanggan saya, sebagian besar orang Arab, saya tidak pernah sekalipun melihat mereka berkelakuan buruk dalam berpikiran yang mencurigakan, bahkan pengurus masjid yang ditangkap polisi pernah mengundang saya untuk menghadiri upacara umat Islam karena kami di sini tidak menyimpan rasa dengki apapun".
Namun tidak satupun dari pihak pemerintah atau keamanan yang menjelaskan kasus penutupan itu atau sampai berapa lama akan dipasang lilin merah, sementara sebagian besar warga Arab dan Muslimin berharap agar pintu masjid dibuka kembali, apalagi bulan Ramadan akan segera tiba.
(ar/islammemo)