View Full Version
Sabtu, 14 Aug 2010

Ulama Brunei Dorong Umat Muslim Latih Anak Puasa Sejak Usia Dini

Brunei Darussalam (Voa-Islam.com) - Berpuasa selama bulan Ramadhan merupakan tantangan bagi setiap Muslim, yang harus menahan diri dari makan dan minum dan menghadapi tes kesabaran dan godaan sepanjang bulan. Namun, seorang Muslim muda yang baru mengalami kewajiban agama tahunan tersebut akan menemukan bahkan lebih dari sebuah tantangan.

Khotbah saat shalat Jumat kemarin menyerukan para jemaat Muslim untuk mendorong anak-anak mereka untuk memulai puasa sebelum mereka mencapai pubertas (Akil Baligh).

"Menjalankan hal ini bertujuan untuk memperkenalkan anak-anak  puasa dan juga melatih anak-anak untuk berpuasa meskipun tidak sempurna, seperti seolah-olah mereka puasa, tapi tidak mencapai sehari penuh," kata imam selama khotbah.

"Dorongan dari orang tua ini merupakan tindakan terpuji, sesuai dengan hukum yang syariah yang membantu orang tua untuk memulai melatih anak-anak mereka untuk berpuasa sejak usia tujuh tahun, atau sejak mereka mampu melakukan itu," kata kotbah itu.

The Brunei Times kemarin menanyakan beberapa anggota masyarakat pendapat mereka tentang usia yang tepat bagi mereka untuk mengajarkan anak-anak berpuasa.

"Saya pikir usia yang tepat tergantung pada anak tersebut dan jika ia siap, atau jika orang tua sudah siap untuk mengajar anak untuk berpuasa," kata ibu dari dua anak, Fadlina Rahman.

wanita 37 tahun itu menjelaskan bahwa orang tua juga harus "siap" untuk melihat anak mereka menjalani puasa.

"Kadang-kadang, Anda mungkin tidak tega melihat mereka (anak-anak) kelaparan seperti itu dan Anda menyerah, dan membiarkan mereka berbuka lebih awal," katanya.

"Kita, sebagai orangtua, juga harus kuat, untuk memberikan kekuatan anak-anak kita (untuk berpuasa)".

Fadlina mengakui bahwa dia menunggu sampai anak perempuan pertamanya berusia delapan tahun sebelum dia mulai mengajarkan padanya cara puasa dengan benar. Dia mengatakan bahwa pada tahun-tahun sebelum itu ia telah mengajarinya "dalam teori," bersama dengan nilai-nilai dan manfaat puasa.

..Kita, sebagai orangtua, juga harus kuat, untuk memberikan kekuatan anak-anak kita (untuk berpuasa)".

"Hanya ketika dia berumur delapan tahun, suami saya dan saya memintanya untuk berpuasa. Bahkan kemudian, selama beberapa hari pertama (Ramadhan), itu pun bukan untuk sehari penuh. Tapi akhirnya., Ia berhasil melakukannya," kata Fadlina .

Dengan pengalaman yang didapat, ibu rumah tangga 37 tahun ini mengatakan bahwa dia dan suaminya berhasil untuk mengajar putri kedua mereka bagaimana berpuasa pada usia lebih dini.

"Ana (putri pertama) memberi contoh  kepada adik perempuannya, memberikan dorongan untuk berpuasa ketika ia baru berusia tujuh (tahun)," kata Fadlina.

Tujuh tahun adalah usia ideal bagi Hj Sukri Hj Salleh, seorang pengusaha yang baru saja membuka kios di salah satu pasar terbuka yang secara khusus disediakan untuk bulan puasa.

"Pada usia tujuh tahun, anak-anak lebih memahami dan mereka dapat menerima nilai-nilai kehidupan," katanya. "Semua (lima) anak saya mulai puasa ketika mereka berusia tujuh tahun. Tentu saja, ada beberapa perdebatan, tapi pada akhir hari, mereka mengerti hal ini merupakan kewajiban (agama) dalam Islam".

"Ini tidak mudah untuk membuat mereka mengerti, jadi kita harus berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka (pada tingkat mereka)," kata Hj Sukri. "Beberapa orang mendorong anak-anak mereka dengan hadiah atau uang, tetapi kita juga harus membuat mereka menyadari pentingnya puasa."

orang tua lain merasa bahwa usia anak bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan tapi apakah orang tua itu sudah siap "lebih beragama".

"Kami sedang mengajar anak-anak kita tentang agama kami. Untuk ini, kita juga harus memahami nilai-nilai (puasa)," kata seorang PNS yang baru saja menjadi ayah.

Pegawai sipil yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan bahwa ia akan mengajar anaknya setelah ia dan anaknya berdua "siap".

"Jika mereka mengatakan tujuh tahun adalah usia yang baik, maka kita akan mencoba pada usia tujuh tahun. Kami akan menunggu dan melihat," katanya.

Namun, satu orang merasa bahwa usia tujuh tahun terlalu muda untuk anaknya.

"Hal ini sangat melelahkan pada anak, harus bangun pagi-pagi untuk sahur (makan sebelum puasa), kemudian akan kembali tidur dan bangun lagi untuk sekolah. Kemudian mereka harus menunggu sampai 18:30 hingga akhirnya bisa makan , "kata Hjh Fatimah, seorang ibu rumah tangga lain.

"Setidaknya di Brunei, semua orang di sini berpuasa. Tapi di negara (non-Muslim lain) lain, sangat sulit bagi anak.. Itu sebabnya dalam beberapa situasi, kita harus menunggu sampai anak-anak lebih tua," tambahnya. (Bt)


latestnews

View Full Version