View Full Version
Rabu, 25 Aug 2010

ISI Akui Berada Dibalik Serangan Terhadap Hakim Syiah di Irak

Irak (Voa-Islam.com) - Negara Islam Irak (ISI) mengaku berada di balik serangkaian serangan mematikan terhadap para hakim Syiah di Irak beberapa waktu lalu dalam apa yang mereka sebut sebagai sebuah balasan bagi pembunuhan Muslim Sunni di penjara-penjara pemerintah Syiah di Irak.

Dalam sebuah pernyataan yang dimuat di forum Islam pada hari Senin, ISI mengatakan bahwa mereka berada di balik serangan tersebut, dan memperingatkan bahwa "para pejuang Islam tidak akan tinggal diam ketika Muslim Sunni dihukum mati dan dibunuh di penjara Syiah."

ISI yang merupakan payung dari kelompok Al-Qaeda Irak juga mengklaim bahwa sejauh ini mereka telah menargetkan 12 hakim, kata SITE, sebuah organisasi di Amerika Serikat yang mengawasi situs-situs yang berhubungan dengan pejuang Islam.

Menurut seorang pejabat kementerian dalam negeri yang meminta namanya dirahasiakan, pekan lalu dua hakim Irak tewas, salah seorang hakim tewas di Utayfiyah, utara Baghdad, oleh pistol berperedam pada tanggal 17 Agustus, sementara yang lain dibunuh sehari kemudian oleh bom pinggir jalan di Al-Amriyah, sebuah distrik di barat ibukota.

Juga pada tanggal 17 Agustus, empat hakim yang sedang melakukan perjalanan dari Baladruz, Provinsi Diyala di utara Baghdad, ke ibukota provinsi Baquba terluka oleh serangan bom.

..ISI mengatakan bahwa mereka berada di balik serangan tersebut, dan memperingatkan bahwa "para pejuang Islam tidak akan tinggal diam ketika Muslim Sunni dihukum mati dan dibunuh di penjara Syiah"...

Sementara itu, di utara kota bergolak Mosul, beberapa hakim yang tengah berkendara dengan dua mobil dihantam dua bom pinggir jalan pada tanggal 17 Agustus, meskipun tidak ada penumpang kendaraan  yang terluka.

Ketika pasukan keamanan Irak tiba di lokasi untuk mengamankan wilayah, sebuah bom pinggir jalan ketiga meledak, melukai empat tentara, kata seorang pejabat polisi.

Pembunuhan terbaru tersebut mengingatkan kembali pada serangkaian serangan terhadap para hakim di Irak pada tahun 2004 dan 2005, setelah invasi pimpinan Amerika yang menggulingkan Saddam Hussein.

Meningkatnya gelombang kekerasan dalam dua bulan terakhir telah memicu kekhawatiran bahwa pasukan Irak belum siap untuk mengambil alih tanggung jawab untuk keamanan negara, ketika militer AS bersiap untuk menyatakan mengakhiri operasi tempur mereka minggu depan.

Militer AS mengatakan jumlah pasukan Amerika di Irak telah berada dalam jumlah di bawah 50.000 - kurang dari sepertiga dari angka puncak sekitar 170.000 selama "gelombang kekerasan" tahun 2007, ketika Irak berada di tengah-tengah perang sektarian yang brutal yang menewaskan puluhan ribuan orang. Menurut data pemerintah Irak, meski dibantah oleh AS, Juli merupakan bulan paling mematikan di Irak sejak Mei 2008. (AFP)


latestnews

View Full Version