NOWSHERA (voa-islam.com): Idul Fitri tahun ini dirayakan korban banjir Pakistan dengan penuh keprihatinan. Kegembiraan pada hari kemenangan setelah menjalankan puasa Ramadhan tidak bisa menutupi kesengsaraan akibat bencana banjir yang melanda.
Idul Fitri kali ini dirasakan lain oleh Bano, seorang pengungsi di Nowshera. "Kami mengenakan pakaian lama untuk lebaran kali ini. Bagaimana kita bisa bergembira jika rumah hancur?“
Sementara di sudut lain tampak seorang ibu bernama Tanya memangku bayinya yang baru lahir. "Ini putri saya, Fatima. Ia lahir di tempan penampungan di sini. Kami tinggal di sini di tenda nomor 4: putri saya ini, putra saya, mertua saya, suami dan saya sendiri. Sangat panas di sini. Tidak ada kipas angin. Dan nyamuk menggigit sepanjang malam.”
Banjir setinggi 4 meter melanda tiba-tiba. Warga tidak mempunyai waktu selain untuk menyelamatkan diri sendiri. Sekarang banjir telah mulai surut. Akan tetapi warga masih merasa tidak aman.
Sebelum bencana banjir, Faqir Gul bekerja sebagai pengemudi truk. Akan tetapi sekarang ia merasa khawatir untuk meninggalkan istri dan keluarganya sendiri di tenda penampungan di pinggir jalan. Penjarahan merajalela, bahkan rumahnya yang telah hancur masih juga dijarah.
Banyak korban banjir mengeluh, bantuan tidak dibagikan secara merata. Mereka yang kuat dapat pergi lebih awal ke tempat pembagian bantuan, sementara yang lainnya, yang datang terlambat, harus pulang dengan tangan kosong.
Enam minggu setelah banjir, semua hanya mengingkinkan satu hal, membangun kembali rumah mereka, juga Zulfiqar. Hanya saja ia hampir tidak memiliki harapan akan mendapatkan bantuan untuk membangun kembali rumahnya. “Memang telah dijanjikan segala macam, tapi saya tidak percaya. Sejauh ini kami tidak menerima sedikitpun. Saya serahkan semuanya ke tangan Tuhan. Kami hanya perlu bantuan untuk membangun rumah kami kembali. Tidak lebih dari itu.” (za/dw)