MALAYSIA (Voa-Islam.com) - Hampir dua pekan Idul Fitri berlalu, sebagaimana seluruh umat Muslim di seluruh dunia, masyarakat Muslim Malaysia-pun merayakan hari kemenangan umat Islam tersebut dengan kemeriahan. Salah seorang koresponden voa-Islam.com yang tinggal di negara asal tokoh kartun yang tengah di gemari anak-anak kecil Upin-Ipin, Malaysia, menceritakan suasana dan pernak-pernik dalam menyambut hari raya Idul Fitri atau yang disebut “Raya” di Malaysia, mulai dari persiapan menyambut 1 Syawal, hingga kemeriahan setelah Idul Fitri. Berikut kisahnya.
Kemeriahan bulan Syawal kini terasa. Hampir seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia pada tahun ini merayakan 1 Syawal 1431 H secara bersamaan yakni pada 9 September 2010. Di Malaysia, suasana menyambut hari kemenangan umat Islam ini juga dilakukan dengan penuh kemeriahan dan warna-warni.
Persiapan menyambut hari raya Idul Fitri bermula sejak 7 malam terakhir pada bulan Ramadan. 7 malam terakhir ini dijuluki sebagai “malam 7 lekor.” Ia dinamakan sebagai malam 7 lekor untuk menandakan kemungkinan turunnya Lailatul Qadar pada malam-malam tersebut. Dalam Islam sendiri, Lailatul Qadar disambut pada 10 malam terakhir.
Kemeriahan menyambut malam 7 lekor ditandai dengan pemasangan lampu pelita. Pelita tersebut terbuat dari pelbagai jenis, ada yang terbuat dari lempengan besi kosong, buluh (bambu- red) bahkan plastik. Pelita yang telah diisi dengan minyak tanah kemudian diberi sumbu dan dibakar. Tradisi malam 7 lekor ini semakin dilupakan oleh generasi Malaysia saat ini karena kebanyakan anak-anak lebih memilih untuk menonton pelbagai program acara di televisi.
..Persiapan menyambut hari raya Idul Fitri bermula sejak 7 malam terakhir pada bulan Ramadan. 7 malam terakhir ini dijuluki sebagai malam 7 lekor..
Menjelang 5 hari sebelum Syawal. Para ibu rumah tangga dan anak-anak gadis akan sibuk merapikan kawasan rumah dan sekitarnya. Perabotan rumah tangga di cuci atau diganti dengan yang baru. Tidak jarang pemborosan kadang terjadi pada hari-hari menjelang lebaran ini dengan pembelian barang-barang baru, meski ada juga yang mengambil inisiatif untuk menggunakan perabotan yang masih baik ataupun yang telah digunakan pada tahun lalu.
Di ibu kota negara Malaysia, Kuala Lumpur, jalan Tengku Abdul Rahman merupakan tempat pilihan para pengunjung untuk berbelanja pada saat-saat akhir menjelang Syawal. Penulis yang meninjau ke Jalan Tengku Abdul Rahman pada malam ke-3 terakhir menyaksikan bahwa rakyat Malaysia, terutama yang tinggal di daerah kota lebih memilih untuk berbelanja di saat-saat akhir. Kepadatan pengunjung di Jalan Tengku Abdul Rahman mungkin sama seperti pasar Tanah Abang, Jakarta menjelang hari raya. Meski Malaysia ditempati oleh bangsa Melayu, turut kelihatan para turis dari pelbagai negara yang ingin merasakan kemeriahan malam-malam akhir menjelang Syawal. Bahkan, penulis bisa menebak, bahwa sebagian dari para pedagang di Jalan Tengku Abdul Rahman tersebut bukanlah penduduk asli Malaysia. Ada di antara para pedagang berasal dari warga pendatang seperti dari Indonesia, Kamboja, Thailand bahkan Vietnam.
Ketika berbelanja para pengunjung haruslah pandai dalam memilih dan menawar harga, sebab ditempat tersebut bisa 2 atau 3 kali lipat lebih mahal dari harga pasaran. Namun, jika pandai, harga pakaian atau kue-kue kering bisa ditawar dengan harga yang serendah mungkin.
Menjelang malam 1 Syawal, bunyi petasan, kembang api atau bunga api akan menambah lagi kemeriahan suasana lebaran. Jika di desa, anak-anak lelaki akan memotong bambu yang sudah agak tua untuk kemudian dijadikan “meriam”. Banyak juga yang mengadakan perlombaan meriam bambu antar desa. Namun demi mengurangi kecelakaan, pemerintah memilih untuk melarang permainan ini meskipun masih tetap banyak terdengar ledakan meriam dan petasan di mana-mana.
..selepas menunaikan shalat sunnah Idul Fitri, sebagaimana rakyat Indonesia, di Malaysia juga turut diwarnai dengan tradisi sungkeman atau saling bermaaf-maafan antara satu sama lain..
Pagi hari 1 Syawal, selepas menunaikan shalat sunnah Idul Fitri, sebagaimana rakyat Indonesia, di Malaysia juga turut diwarnai dengan tradisi sungkeman atau saling bermaaf-maafan antara satu sama lain. Tradisi ini sebenarnya lebih kepada adat orang Melayu yang sangat mengutamakan adab dan tata susila.
Acara makan bersama keluarga juga menghangatkan suasana pagi awal Syawal, di antara menu yang dihidangkan pada pagi Syawal tersebut adalah, ketupat, Lemang dan Rendang. Dari segi makanan, Malaysia tidak jauh berbeda dengan Indonesia.
Seusai shalat sunnah Idul Fitri, masyarakat Malaysia pada umumnya akan saling bersilaturahmi ke sesama saudara kemudian ke rumah tetangga atau kenalan. Satu lagi tradisi yang mendarah daging bagi penduduk Melayu di Malaysia adalah, kebiasaan memberikan uang atau “duit raya” kepada anak-anak kecil. Nominalnya tergantung sang pemberi. Di sebagian negara, mereka mempunyai tradisi, adat dan cara tersendiri untuk merayakan hari kemenangan bagi umat Islam ini. Namun, sebagai umat Islam, dalam kemeriahan menyambut Syawal ini jangan sesekali kita warnai dengan perkara-perkara maksiat. Mari jadikan i’dad kita di bulan Ramadan sebagai kekuatan bagi kita menempuh perjalanan yang panjang selama 11 bulan mendatang. Salam Syawal dari Malaysia. (Hikari/voa-islam.com)