View Full Version
Selasa, 21 Sep 2010

Kelantan Larang Petinju Pakai Celana Terlalu Pendek dan Jimat

Kuala Lumpur (Voa-Islam.com) - Petinju Tradisional di negara bagian Malaysia yang diperintah oleh partai Islam telah diperintahkan untuk membuang celana pendek minim dan jimat keberuntungan, sesuai dengan aturan agama.

Malaysia Islamic Party, yang memerintah negara bagian Kelantan, mengatakan bahwa petinju "Tomoi," sebuah bentuk seni bela diri bersenjata mirip dengan tinju populer di Thailand "Muay Thai" akan diperintahkan untuk lebih menutupi aurat mereka.

"Kami ingin mereka untuk mengikuti aturan Islam. Kami ingin mempromosikan nilai-nilai yang baik dan Islam akan digunakan sebagai dasar bagi panduan ini.," Kata Abdul Fattah Mahmood, menteri negara yang bertanggung jawab atas olahraga.

"Celana tinju mereka terlalu pendek dan mereka tidak tahu bahwa ketika mereka bertarung, pakaian dalam mereka dapat dilihat banyak perempuan. Banyak penonton wanita merasa sangat malu dan kemudian mengeluh kepada kami," katanya kepada AFP.

Ini yang pertama kalinya bahwa laki-laki telah diperintah untuk menutupi aurat mereka di negara bagian tersebut.

Menurut pedoman Kelantan, petinju akan diminta untuk memakai celana pendek yang mencapai di bawah lutut, dan tidak boleh membawa jimat apapun, termasuk untuk popularitas, daya tarik dan keberuntungan.'

..Celana tinju mereka terlalu pendek dan mereka tidak tahu bahwa ketika mereka bertarung, pakaian dalam mereka dapat dilihat banyak perempuan. Banyak penonton wanita merasa sangat malu dan kemudian mengeluh kepada kami..

"Kami ingin mereka untuk menutup "aurat" mereka, kata Abdul Fattah, mengacu pada aturan Islam yang di Malaysia meminta pria untuk menutupi daerah antara pusar dan lutut mereka. Perempuan harus menutupi seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan tangan.

Abdul Fattah mengatakan pihak berwenang negara itu juga mengusulkan agar petinju tidak diijinkan untuk menampilkan tato di tubuh mereka tapi tidak ada rencana untuk membuat itu menjadi wajib.

"Tomoi" dilarang di negara bagian itu pada tahun 1993, kata Abdul Fattah, di tengah penolakan atas ritual animisme tarian perang yang ditampilkan sebelum bertarung, dan karena laki-laki dan perempuan diperbolehkan untuk bercampur bebas di kerumunan penonton.

Larangan itu dicabut pada tahun 2006 namun pria dan wanita diminta untuk duduk secara terpisah untuk menonton pertarungan, dan ritual tari dihapuskan.

Islam adalah agama resmi Malaysia, di mana lebih dari 60 persen dari 28 juta penduduknya adalah Muslim Melayu, hidup berdampingan dengan etnis minoritas China dan India. (AFP)


latestnews

View Full Version