View Full Version
Kamis, 23 Sep 2010

Tentara Thailand Membahayakan Hidup Guru dan Murid Sekolah di Selatan

New York (Voa-Islam.com) - Kehadiran tentara Thailand di sekolah-sekolah pemerintah di wilayah selatan yang dilanda konflik justru menimbulkan ancaman keamanan lebih tinggi bagi para murid sekolah, guru dan staff pengajar, demikian diungkapkan dalam laporan Human Right Watch (HRW) pada Selasa (21/09).

Menurut laporan tersebut, tentara Thailand yang memerangi beberapa tahun perjuangan pemisahan diri umat Muslim seakan menemukan tempat murah dan nyaman untuk mendirikan basis mereka di komplek-komplek di banyak sekolah di selatan, dan tinggal di dekat para siswa.

Tentara Thailand selalu membentengi sekolah-sekolah tersebut dengan karung-karung pasir, kawat berduri, dan dalam satu kasus, bahkan sebuah menara pengawas.

Sebagai akibatnya, mereka juatru mengalihkan sekolah-sekolah itu menjadi sasaran-sasaran potensial dikarenakan keberadaan markas mereka. Mereka menempatkan anak laki-laki dan perempuan dalam bahaya yang meningkat dan terperangkap dalam jalur tembak-menembak dalam kasus serangan. Juga pada banyak kasus, siswa perempuan, maupun para orang tua mereka, merasa tidak nyaman dengan kehadiran para tentara muda yang begitu dekat.

"Ini memiliki dampak besar pada pendidikan anak," ujar Bede Sheppard, penulis utama laporan dari kelompok yang berbasis di New York tersebut.

..mereka juatru mengalihkan sekolah-sekolah itu menjadi sasaran-sasaran potensial dikarenakan keberadaan markas mereka..

Laporan tersebut, yang berjudul 'Targets Of Both Sides,' (Target-target dari Kedua Belah Pihak) datang tepat dua minggu setelah dua guru, yang keduanya beragama Buddha, tewas dihujani peluru oleh seorang pria bersenjata di provinsi Narathiwat.

Pembunuhan itu bisa menjadi sebuah tanda diperbaruinya penargetan terhadap para guru Buddha setelah jeda yang relatif lama dalam pertempuran antara pejuang Islam dan pemerintah Buddha Thailand di wilayah selatan yang mayoritas penduduknya Muslim.

Beberapa hari sebelum insiden itu, selebaran-selebaran ditemukan di desa-desa di Narathiwat yang mengatakan: "Dicari: 20 Kematian guru Buddha."

Sejak perlawanan pemisahan diri umat Muslim dihidupkan kembali setelah masa dormansi relatif pada bulan Januari 2004, 135 guru dan pekerja sekolah telah tewas di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala dan bagian dari Songkhla. 103 guru  dan 19 tenaga kependidikan lainnya telah terluka, kata laporan HRW.

"Menjadi guru di Thailand selatan yang bergolak berarti menempatkan diri di garis depan konflik," kata Sheppard.

Tidak hanya para pejuang Muslim yang menargetkan guru-guru sekolah pemerintah, tentara Thailand-pun, turut ambil bagian dalam tindakan kekerasan dan pembunuhan terhadap para guru (ustadz) dan murid sekolah agama Islam di wilayah konflik tersebut.

Beberapa sekolah Islam - banyak dari mereka adalah pondok-pondok pesantren skala kecil atau sekolah-sekolah agama - yang dituduh berada dalam pengaruh guru radikal, biasa menjadi target oleh aparat keamanan.

Dalam satu kasus yang dikutip oleh peneliti HRW, semua siswa dari satu sekolah Islam, termasuk anak-anak kecil, ditangkap dalam sebuah razia. Setelah tidak menemukan bukti apapun di sekolah tersebut, baru tentara melepaskan mereka dan meminta maaf.

Laporan HRW tersebut, yang meliputi 19 sekolah pemerintah, swasta dan sekolah agama serta pejuang Muslim dan aparat keamanan, juga menyebutkan contoh dari orang tua murid menarik anak-anak mereka keluar dari sekolah setelah tentara mendirikan markas di komplek sekolah tersebut.

..Beberapa sekolah Islam - banyak dari mereka adalah pondok-pondok pesantren skala kecil atau sekolah-sekolah agama - yang dituduh berada dalam pengaruh guru radikal, biasa menjadi target oleh aparat keamanan.

"Pemerintah seharusnya tidak mengganggu pendidikan anak-anak hanya karena ingin suatu tempat yang nyaman untuk mendirikan kamp-kamp militer," kata Sheppard.

Pemerintah harus berhenti menggunakan sekolah sebagai pangkalan militer jangka panjang demi menghindari pejuang muslim menyerang markas mereka di tempat-tempat tersebut dan juga menghentikan penangkapan massal di sekolah-sekolah Islam. Sedangkan pemimpin pejuang Muslim juga perlu untuk mengakhiri serangan terhadap guru dan sekolah Buddha.

"Praktek ini merugikan anak-anak dan membuat banyak keluhan. Bagi para pejuang Muslim sendiri tindakan seperti ini justru seolah membenarkan serangan mereka."

Hingga kini, Thailand Selatan adalah salah satu tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi seorang guru - dan tentara Thailand sama sekali tidak membantu dengan mendirikan pangkalan di sekolah-sekolah tersebut. (aa/bp)


latestnews

View Full Version