KANADA (voa-islam.com): Berikut adalah kisah interogasi seorang anak di bawah umur di Guantánamo Bay dalam sebuah dokumenter. Film dokumenter berjudul "You don't like the truth" (Kau tak suka kebenaran) mempertontonkan interogasi Omar Khadr.
Ini kesempatan unik untuk melihat penjara yang mengerikan itu, tempat Amerika membelokkan sistem hukumnya sendiri.
"Sudah saya ungkapkan kebenaran. Tapi kalian tak suka kebenaran. Kalian hanya ingin dengar apa yang ingin kalian dengar." Demikian Omar Khadr, 16 tahun, kepada mereka yang menginterogasinya.
Menangis
Mengenakan seragam warna oranye, Omar yang keturunan Mesir tapi berwarganegara Kanada, ditanyai selama empat hari oleh dua orang petugas dinas rahasia Kanada. Semula Omar berpikir orang-orang sewarga negara ini akan menolongnya. Tetapi begitu dia tahu bahwa orang-orang itu tidak berada di pihaknya, Omar langsung menangis menyebut-nyebut nama ibunya. Ketidakberdayaan pemuda 16 tahun menghadapi kekuasaan di Guantánamo betul-betul mengharukan.
Dua tahun silam, berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Kanada, rekaman video interogasi itu diberikan kepada para pengacara Omar. Tidak lengkap, karena ada yang sudah disensor. Langsung menjadi berita dunia. Dokumenter yang dipertunjukkan pertama kalinya pada IDFA, festival film dokumenter internasional Amsterdam, November silam, mengungkapkan kisah di balik tayangannya.
Masa kecil Omar Khadr tidak seperti anak-anak lain. Ayahnya seorang insinyur warga negara Kanada keturunan Mesir. Ia bekerja sebagai pemberi bantuan di Afghanistan, tapi punya kontak tidak jelas dengan pimpinan Al Qoidah. Omar dibesarkan di Kanada, Pakistan dan Afghanistan.
Mengaku
Pada bulan September 2002, Omar waktu itu berusia 15 tahun, mendapati dirinya sebagai penerjemah sekelompok pejuang di Afghanistan yang terkena serangan tentara Amerika. Sebagai satu-satunya yang selamat, walaupun cedera berat, dia dikeluarkan oleh pasukan Amerika dari reruntuhan bangunan dan dibawa ke penjara Bagram yang terkenal kejam itu di Afghanistan. Seperti dikatakannya, karena disiksa, akhirnya Omar mengaku pernah membunuh tentara Amerika dengan granat.
Interogasi dinas rahasia Kanada berlangsung setahun kemudian. Pada hari pertama Omar mengulang apa yang pernah diucapkannya pada para penanya di Bagram. Misalnya ayahnya bersahabat dengan Usamah bin Ladin, dan ia sendiri pernah bertemu pemimpin Al Qoidah itu pada tahun 1997. Tapi pada hari kedua Omar ganti haluan. "Semua yang kemarin saya katakan tidaklah benar." Menurutnya ia hanya mengatakannya karena takut disiksa lagi. "Saya tidak pernah ketemu Usamah Bin Ladin dan saya juga tak pernah membunuh siapapun."
Para penginterogasi tersinggung. Awalnya sudah bagus, kata mereka, kenapa sekarang ganti haluan. Ketika Omar berpegang teguh pada pendiriannya, para penanya itu jadi putus asa. "Apa manfaat cerita seperti ini?" Tanya seorang pada Omar. "Mereka pasti akan menertawakan saya dan bertanya, "dia tidak bekerjasama. Dia hanya menipu kalian. Ia hanya menghabiskan waktu dan bertekad membohongi kalian." Kebenaran bukan yang mereka cari, demikian isyarat film dokumenter ini. Mereka butuh pengakuan.
Menghindari
Tahun ini, Mahkamah Agung Kanada menetapkan bahwa interogasi Omar Khadr itu tidak sesuai hukum. Tetapi pemerintah Kanada, demikian Dennis Edney, pengacara Omar Khadr, tidak pernah mengulurkan bantuan.
Omar masih mendekam di Guantánamo Bay. Oktober 2010 ia mengaku bersalah terhadap semua tuduhan pemerintah Amerika padanya. Pengakuan itu merupakan hasil proses panjang apa yang disebut plea bargaining. Dengan mengaku bersalah Omar yang berusia 23 tahun itu bisa menghindari hukuman penjara selama 40 tahun, dan mungkin ia hanya akan disekap selama beberapa tahun lagi. (za/rnw)