PARIS (voa-islam.com): Putri pemimpin partai ultra-kanan Perancis Jean-Marie Le Pen menjadi sorotan panas setelah membandingkan Muslim yang melakukan sholat di jalan-jalan di luar masjid yang penuh sesak di Perancis sama dengan pendudukan Nazi.
Marine Le Pen pada hari Jum'at mengatakan dalam sebuah reli Front Nasional anti-imigran bahwa ada "sepuluh hingga limabelas" tempat di Perancis dimana Muslim beribadah di jalan-jalan diluar masjid karena masjid sudah penuh sesak.
"Bagi mereka yang ingin berbicara banyak tentang Perang Dunia II, jika itu merupakan sebuah pendudukan, maka kita juga bisa berbicara tentang itu (Muslim yang sholat di jalan-jalan), karena itulah pendudukan wilayah," katanya pada reli di Lyon.
"Ini adalah bagian pendudukan wilayah, jika terdapat distrik dimana sebuah hukum agama berlaku. Ini adalah pendudukan", katanya di reli yang merupakan bagian dari upayanya untuk mengambil alih kepemimpinan partai yang dipimpin ayahnya yang akan mundur pada bulan Januari.
Komentar itu memicu kecaman dari politisi lain dari partai UMP yang berkuasa dan dari oposisi Sosialis dan kelompok Hijau.
"Ini adalah wajah sebenarnya dari partai ultra-kanan yang tidak berubah sedikit pun, dan Marine Le Pen adalah sama berbahayanya dengan Jean-Marie Le Pen (ayahnya)," kata juru bicara Partai Sosialis Benout Hamon.
Jean-Marie Le Pen, yang memiliki faham rasisme dan anti-Semitisme, mengejutkan Eropa pada 2002 saat muncul dalam pemilu Presiden Perancis.
Dewan Imam Muslim Perancis (CFCM) mengatakan pada Sabtu bahwa komentar Marine Le Pen adalah "menghina terhadap Muslim Perancis" dan merupakan "hasutan untuk kebencian dan kekerasan terhadap mereka."
Pada hari Minggu, sebuah kelompok anti-rasis mengatakan pihaknya merencanakan untuk mengajukan gugatan perdata terhadap dirinya.
"Membandingkan Muslim dengan pasukan pendudukan adalah memalukan. Untuk diperlakukan seperti penjajah, seperti fasis, itu adalah tidak mungkin," kata Moulud Aounit, Kepala Gerakan Anti Rasisme dan Untuk Persahabatan antara Masyarakat (MRAP).
Pada bulan Juni kemarin akan diadakan sebuah pesta penghinaan "sosis babi dan anggur", pesta jalanan yang direncanakan oleh kelompok-kelompok ekstrimis kafir untuk memerangi apa yang mereka anggap sebagai "Islamisasi" dari lingkungan, namun acara itu dilarang Polisi setempat.
Rencana acara tersebut memicu kemarahan dari para politisi dan kelompok anti-rasisme yang mengatakan hal itu adalah rasisme terang-terangan dan dapat menyebabkan kekerasan di jalanan. (Za/AFP)