KUALA LUMPUR, (voa-islam.com) - Seorang pengacara China yang baru tinggal selama setahun tinggal di lingkungan mayoritas Muslim, menuntut sebuah Masjid di Malaysia, yang telah berdiri 30 tahun lalu, mematikan pengeras suara untuk mengumandangkan adzan karena merasa terganggu, padahal rumahnya berjarak 1 kilometer jauhnya dari masjid tersebut.
Umat Islam Malaysia hari ini akan mengadakan sebuah protes setelah shalat Jumat (14/01/2011) setelah klaim bahwa masjid di Malaysia telah ditekan untuk menghentikan penggunaan pengeras suara untuk menyerukan panggilan adzan bagi umat Muslim untuk melakukan shalat.
Sebelumnya telah beredar pesan teks selama beberapa hari terakhir yang isinya mendesak umat Islam untuk berkumpul di luar Masjid Al Kalsiah di Pantai Dalam, mengklaim bahwa "pengacara Cina" telah menyuruh masjid itu menghentikan kumandang "adzan."
"Apa hak yang dia harus menghentikan seruan untuk shalat? Pengacara China itu telah arogan menulis keberatan kepada perdana menteri dan mengutip hak asasi manusia untuk membenarkan permintaan tersebut," kata pesan teks tersebut.
"Seluruh anggota 'jamaah' diminta untuk menghadiri shalat Jum'at pada tanggal 14 Januari 2011 di Masjid Al Kalsiah Pantai Dalam dan untuk bergabung dalam protes terhadap pengacara China itu karena menuntut penghentian kumandang adzan untuk shalat," tambah pesan tersebut.
Pengacara itu, bagaimanapun, tidak disebutkan dalam isi pesan singkat.
..masjid tersebut, yang terletak di dekat area pembangunan komersial baru yang disebut Bangsar Selatan, pertama kali dibuka 30 tahun yang lalu, sedangkan sang pengacara China baru pindah ke lingkungan mayoritas Melayu itu sekitar setahun yang lalu
Pesan singkat itu menambahkan bahwa masjid tersebut, yang terletak di dekat area pembangunan komersial baru yang disebut Bangsar Selatan, pertama kali dibuka 30 tahun yang lalu, sedangkan sang pengacara China baru pindah ke lingkungan mayoritas Melayu itu sekitar setahun yang lalu.
Pantai Dalam dulu didominasi oleh para pendatang dan flat murah tapi telah melihat pembangunan dari apartemen mewah dan properti komersial dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, seorang pejabat dari kelompok kesejahteraan Muslim Pekida menegaskan bahwa kelompok tersebut akan memimpin protes di luar masjid setelah klaim bahwa masjid telah dipaksa untuk menonaktifkan loudspeaker selama dua minggu.
"kejadian tersebut sudah berlangsung selama dua minggu sejak masjid dipaksa untuk mematikan loudspeaker untuk mengumandangkan adzan dan warga bertanya-tanya apa yang terjadi. Kemudian mereka menemukan bahwa hal itu terjadi karena tekanan dari pengacara China," kata Rahimuddin Harun dari Majlis Pekida Ayahanda Kuala Lumpur atau dewan tetua.
"Hal ini seharusnya tidak terjadi karena rumahnya berjarak sekitar satu kilometer dari masjid, tetapi masjid dipaksa untuk menyerah pada permintaan tersebut, karena ia telah menulis surat kepada semua orang," katanya kepada The Malaysia Insider.
Panggilan adzan bagi Muslim untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari pertama kali menjadi isu politik di tahun 2008, ketika Eksekutif Councillor Selangor Teresa Kok ditahan di bawah Internal Security Act (ISA) karena diduga meminta sebuah masjid Puchong untuk menghentikan panggilan adzan dari pengeras suara tersebut. (aa/TM)