BAGHDAD (voa-islam.com): Seorang pembom meledakkan dirinya dalam kerumunan polisi pada hari Selasa, menewaskan sedikitnya 45 polisi, hal ini menunjukkan bahwa polisi tidak bisa melindungi diri mereka sendiri tanpa bantuan asing.
Korban masih terus meningkat setelah lebih dari tiga jam setelah polisi mengatakan pembom bergabung dengan kerumunan lebih dari 100 orang calon polisi dan meledakkan bahan peledak pada rompi yang ia kenakan, di luar kantor polisi di kota asal Saddam Hussein, Tikrit sekitar 80 mil (130 km) utara Baghdad.
Salah satu calon polisi yang selamat dalam serangan itu mengatakan, para pencari kerja yang masuk sebenarnya sudah digeledah sebelum mereka memasuki halaman kantor polisi.
"Kami menunggu sambil berbaris untuk masuk ke halaman, setelah digeledah terjadi sebuah ledakan kuat yang melemparkan saya ke tanah," kata calon polisi Quteiba Muhsin yang kakinya patah dalam ledakan tersebut. "Saya melihat mayat dua orang teman saya di barisan saya, saya masih shock karena ledakan tempat kejadian sangat dengan dan kedua teman saya mati...."
Sebuah stasiun televisi Irak menyiarkan gambar dari lokasi ledakan yang menunjukkan genangan darah, potongan-potongan pakaian dan sepatu-sepatu korban yang tersebar di dekat dinding beton ledakan.
Polisi Tikrit menyebutkan korban tewas sebanyak 45 calon polisi, dengan 140 lain terluka.
Tikrit adalah ibukota propinsi Salahuddin yang didominasi Sunni, kota ini terkenal dengan kota yang mendukung Al Qoidah paling kuat setelah invasi Amerika pada 2003 yang menggulingkan Saddam.
Anggota dewan propinsi Salahuddin Abdullah Jabbara langsung menuduh Al Qoidah berada di balik serangan itu.
"Tujuan dari serangan yang dilakukan operator Al Qoidah adalah untuk mengguncang keamanan di propinsi ini dan untk membawa kembali ketidakstabilan di Tikrit," kata Jabbara.
Seorang polisi Tikrit mengatakan setidaknya dua dari yang tewas adalah petugas polisi, lainnya merupakan rekrutan. Di tempat kejadian ditemukan juga granat kedua yang belum sempat meledak.
Para calon polisi tersebut sedang bersaing diantara 2000 orang lainnya untuk pekerjaan baru polisi di Kementrian Dalam Negeri Irak. Mereka sedang menunggu untuk wawancara dan pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari proses pendaftaran, kata polisi.
Sebuah serangan serupa pada pusat rekrutmen dan markas tentara Irak di Baghdad pada pertengahan Agustus lalu meninggalkan 61 orang mati dan 125 terluka dalam apa yang polisi sebut sebagai serangan paling mematikan musim panas. Dua pekan kemudian terjadi lagi serangan di gedung yang sama, meledakkan sebuah bom mobil dan menembaki polisi dari jalan, aksi ini menewaskan delapan orang dan melukai 29 lainnya. [Za/AP]