(Riyadh-voa-islam.com) Penguasa yang katanya Pro-Demokrasi, Barrack Obama dan juga Raja Arab Saudi Abdullah malah menyatakan dukungan untuk diktator Mesir Modern Hosni Mubarak yang sedang menghadapi gelombang unjuk rasa besar-besaran di kota-kota di Mesir, seperti di kota Kairo, Suez, Alexandria, hingga Al Arish dekat perbatasan Palestina.
Presiden AS Barack Obama masih menyatakan dukungan negaranya bagi pemerintahan Presiden Mesir Hosni Mubarak. “Tentunya, akan ada masa-masa sulit. Tapi AS masih terus mendukung hak rakyat Mesir dan segera mencari solusi agar pemerintahan ini bisa berjalan. Lebih adil, lebih bebas dan bisa diharapkan,” papar Obama.
Dilain pihak sekutu dekat AS di Jazirah Arab, Raja Abdullah membebek kroninya ikut-ikutan menelepon Mubarak setelah beberapa hari terjadi protes besar yang mendesak pengunduran diri Presiden Mesir yan telah berkuasa 30 tahun itu
Lazim diketahui, Arab Saudi dan Mesir merupakan mitra kunci kawasan bagi kepentingan dan imperialis Amerika Serikat. Dan AS Bulldog peliharaan zionis yahudi Laknatullah....
Obama, yang baru buka suara setelah tiga hari pergolakan di Mesir, bersikap sok hati-hati demi menghindari kesan bahwa AS akan meninggalkan Mubarak. Obama dan para pembantunya sedang memainkan suatu aksi penyeimbangan yang halus saat pergolakan politik mengguncang Timur Tengah, dari Tunisia, Mesir, Lebanon, dan Yaman.
Alih-alih AS ingin memberi kesan bahwa pemerintahannya sebagai penjaga, tetapi sekaligus menunjukkan batas-batas pengaruh dan setiap kepentingan AS. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mempertegas beberapa poin ketika dia berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit, Kamis, kata Departemen Luar Negeri AS. Namun, Washington masih berhati-hati.
Wakil Presiden Joe Biden, misalnya, dalam sebuah wawancara dengan PBS mengatakan, "Saya tidak akan menyebut dia (Mubarak) sebagai seorang diktator."
Para pembela hak asasi manusia telah menuduh AS berstandar ganda dan terlalu lunak terhadap pelanggaran hak asasi di Mesir. Namun, pemerintahan Obama sekarang menempuh pendekatan "dua jalur". Para diplomat AS tengah berupaya menjangkau pejabat pemerintah dan aktivis demokrasi untuk mendorong dialog damai demi reformasi, kata seorang pejabat senior AS.[dbs/voa-islam.com/d5vn2]