LIBYA (voa-islam.com) - Pemimpin Libia Kolonel Muammar Kadhafi berupaya keras untuk mempertahankan kendali atas ibukota Tripoli dan wilayah barat negeri itu, setelah aksi unjuk rasa mulai muncul di kota-kota kawasan barat seperti Misurata, Sabratha dan Zawiya.
Sedangkan sebagian kota-kota di kawasan timur negeri itu kini praktis dikendalikan demonstran anti Khadafi.
Sebagian penduduk ibukota Tripoli sudah meninggalkan kota ketika kelompok bersenjata pro Khadafi turun ke jalan memburu para pengunjuk rasa anti pemerintah.
Di tengah suasana tidak menentu tersebut putra Khadafi, Saif al-Islam Khadafi berpidato di televisi dan mengatakan bahwa situasi di Libia masih 'normal'.
..Kadhafi berupaya keras untuk mempertahankan kendali atas ibukota Tripoli dan wilayah barat negeri itu, setelah aksi unjuk rasa mulai muncul di kota-kota kawasan barat seperti Misurata, Sabratha dan Zawiya..
"Pelabuhan, sekolah dan bandara semua buka seperti biasa. Masalah ada di kawasan timur. Kehidupan berjalan normal. Semua warga Libia harus bersatu menghadapi pertempuran nasional ini," kata Saif.
Namun, kenyataannya situasi di bandara internasional Tripoli tidak bisa dikatakan normal. Ribuan warga asing yang berupaya meninggalkan Libia, terjebak dalam kekacauan.
Seorang warga Amerika Serikat yang berhasil mencapai Wina, Austria dari Libia Kathlen Burnett kepada kantor berita Associated Press mengatakan suasana di bandara Tripoli benar-benar kacau balau.
"Bandara dijarah, dan Anda tidak akan percaya jumlah manusia di bandara," kata Kathleen.
Seorang pilot Air Malta yang bertugas membawa pesawat evakuasi warga Malta di Libia bahkan mengaku melihat orang berkelahi demi bisa masuk ke dalam pesawat terbang.
..Bandara dijarah, dan Anda tidak akan percaya jumlah manusia di bandara..
Banyak negara yang kini mencoba untuk mengeluarkan warga mereka dari negeri yang tengah kacau tersebut.
Prancis dan Rusia bahkan sudah mengirim sejumlah pesawat dan kapal-kapal perang untuk menjemput ribuan warga negaranya.
Dua kapal Turki sudah mengevakuasi 3.000 orang warga Turki sementara ratusan warga Amerika Serikat menggunakan kapal feri yang disewa pemerintah AS untuk menuju Malta.
Pergolakan politik yang sudah terjadi kurang lebih sepekan itu tak hanya membuat Libia lumpuh namun juga mengakibatkan korban tewas.
Beberapa sumber menyebut 300 orang tewas, namun pemerintah Italia memperkirakan jumlah korban tewas di Libia bisa mencapai 1.000 orang. (bbc)