SANA'A (voa-islam.com): Ribuan wanita Yaman ikut ambil bagian dalam protes massal melawan penguasa tunggal di negeri tersebut, Ali Abdullah Saleh. Sebagaimana yang terjadi di Mesir, di sini pun kaum wanita berperan sangat penting. Bahkan, mereka termasuk pelopor gerakan protes.
Tawakkol Karman, seorang wanita Yaman, sejak beberapa tahun lalu sudah menjadi pelopor utama. Sudah lama kaum wanita Yaman, setiap pekan berdemonstrasi menuntut pelaksanaan reformasi, kata Tawakkol Karman pada Radio Nederland Wereldomroep.
"Kami mulai bergerak sejak Mei 2007. Setiap hari Selasa, kami berkumpul di sebuah lapangan, di muka kantor pemerintah. Lapangan tersebut, kami namakan Lapangan Merdeka. Kami menuntut kebebasan mengemukakan pendapat, dan menuntut agar pemerintah menghentikan berbagai penyelewengan yang mereka lakukan."
Tekan Keluarga
Pada awalnya, pemerintah tidak begitu memperdulikan apa yang kami lakukan. Mungkin semula mereka berpikir, apa sih yang bisa dilakukan oleh kaum wanita? Namun, ketika aksi protes ternyata terus berlangsung, pemerintah mulai menekan kalangan keluarga Tawakkol Karman.
"Keluarga saya terus menerus mendapat tekanan dari pemerintah, karena saya ikut berdemonstrasi. Lalu, ketika saya mulai menulis berbagai artikel kritis, dan saya menggabungkan diri pada gerakan revolusi, tekanan makin bertambah gencar."
Kekangan
Marina de Regt, antropolog dan pakar Yaman, mengetahu keterlibatan kaum wanita Yaman dalam berbagai kegiatan demonstrasi. Bersama generasi muda lainnya, mereka sama-sama merasa mendapat kekangan, kata Marina de Regt.
"Saya kira, itu memang salahsatu masalah terbesar bagi Yaman. Tidak adanya peluang untuk berkembang, bagi generasi muda dan kaum wanita. Generasi muda sekarang ini, baik di daerah perkotaan mau pun pedesaan, mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih baik dari generasi terdahulu. Dan mereka ingin memanfa'atkan hal tersebut. Dan ini juga berlaku bagi kaum wanita. Padahal, kaum wanita sudah lama memperjuangkan hak-hak mereka. Tapi, hingga kini, posisi kaum wanita masih sangat terbelakang."
Cadar
Menyusul keberhasilan revolusi di Tunisia, Tawakkol Karman dan para demonstran lainnya juga memperluas tuntutan mereka: selain kebebasan dan penghapusan penindasan, kini, mereka juga menuntut agar Presiden Ali Abdullah Saleh mundur.
Tapi, mereka ingin melancarkan aksi, tetap sesuai dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini, masih dalam konteks agama Islam. Misalnya, dengan tidak merasa perlu mencampakkan cadar. "Mereka ingin berjuang sambil tetap menjaga batas-batas yang diperbolehkan oleh agama," demikian kata Marina de Regt.
Keadaan Darurat
Saat ini, gerakan perlawanan di Yaman telah menelan puluhan korban jiwa. Dan perjuangan belum selesai. Belum lama ini, Presiden Ali Abdullah Saleh mengumumkan berlakunya keadaan darurat. Dengan demikian, segala bentuk aksi unjuk rasa dilarang.
Walaupun demikian, kalangan oposisi tetap menyatakan, tanggal 1 April nanti, mereka kembali akan turun ke jalan. [Za/rnw]