MAURITANIA (voa-islam.com) - Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) Sabtu (07/05/2011) menyangkal terlibat dalam serangan bom di sebuah kafe di Marrakesh pekan lalu yang menewaskan 17 orang termasuk delapan warga negara Perancis.
Polisi di Maroko menangkap tiga orang pada Kamis atas serangan tanggal 28 April tersebut dan mengatakan tersangka utama adalah "loyalis" Al-Qaeda. Seorang wanita Swiss korban bom meninggal akibat luka-lukanya pada Jumat, pihak berwenang Swiss mengatakan, sehingga total tewas dalam serangan itu menjadi 17.
AQIM mengatakan mereka tidak berada dibalik pembunuhan tersebut namun mendesak Muslim Maroko "untuk membebaskan mereka yang tertindas, saudara Muslim yang dipenjara dan untuk menggulingkan rezim kriminal," dalam referensi terhadap Raja Muhammad dan pemerintahannya.
"Kami menyangkal terlibat dalam pengeboman itu dan memastikan bahwa kami tidak ada hubungannya dengan itu, baik dari dekat maupun dari jauh," kata pernyataan yang dibawa oleh Nouakchott Info Agency di Mauritania.
"Meskipun menyerang orang-orang Yahudi dan Tentara Salib serta menargetkan kepentingan mereka di antara prioritas kami, yang kami mendesak umat Islam untuk bertindak atas dan yang kami berusaha untuk melaksanakan hal itu, kami memilih saat dan tempat yang tepat," kata pernyataan itu.
..Meskipun menyerang orang-orang Yahudi dan Tentara Salib sertamenargetkan kepentingan mereka di antara prioritas kami, yang kami mendesak umat Islam untuk bertindak atas dan yang kami berusaha untuk melaksanakan hal itu, kami memilih saat dan tempat yang tepat..
AQIM adalah organisasi jihad pan-Maghreb yang telah mengambil tanggung jawab untuk sejumlah serangan, terutama di Aljazair. Kelompok ini telah mengirimkan pejuang mereka ke Irak dan bersumpah untuk menyerang target-target Barat, menurut situs Dewan AS untuk Hubungan Luar Negeri.
Kelompok ini, yang sebelumnya menyebut diri mereka sebagai Kelompok Salafi untuk Dakwah dan Jihad, mengatakan mereka adalah cabang lokal dari Al-Qaeda.
Pihak berwenang Maroko mengatakan tersangka utama menyamar sebagai hippie yang membawa gitar ketika ia meletakkan dua bom di sebuah kafe wisata populer tersebut.
Bom-bom tersebut memerlukan waktu enam bulan untuk membuatnya dan diledakkan dengan remote control menggunakan ponsel, kata pihak berwenang. (aa/reuters)