View Full Version
Selasa, 28 Jun 2011

Astagfirullah!! Demi Tradisi Maskawin, Ratusan Perempuan India Dioperasi Ganti Kelamin

NEW DELHI (voa-islam.com) — Dulu, di zaman Jahiliyah, anak perempuan dianggap bukan berkah, melainkan sumber aib yang memalukan. Kini, di India kodrat wanita diingkari. Tak sedikit anak perempuan yang menjadi korban pembunuhan orangtua sendiri, bahkan anak perempuan dibunuh saat masih berada di dalam rahim (aborsi). Ketika sudah lahir, ratusan bocah perempuan dioperasi ganti kelamin menjadi laki-laki.

Badan PBB untuk masalah anak-anak, UNICEF, baru-baru ini mencatat hampir 50 juta anak perempuan di India dihilangkan paksa. 

Mahar atau mas kawin jadi biang keladi. Dalam pernikahan, emas, kain mahal, dan barang mewah wajib diberikan keluarga perempuan kepada mempelai laki-laki sebagai mahar. Tak sampai di situ, aturan tak tertulis mengharuskan keluarga pengantin perempuan untuk terus memberi.

Dua dekade terakhir, dengan kecanggihan teknologi, ‘pembunuhan’ anak perempuan bahkan dilakukan ketika masih jabang bayi. Meski dinyatakan ilegal, praktik aborsi ini kerap terjadi. 

Kini, cara baru dilakukan. Para orang tua yang frustasi ingin memiliki anak laki-laki memaksa anak perempuannya yang berusia satu sampai lima tahun, untuk menjalani operasi ganti kelamin.

Ahli bedah di Kota Indore dilaporkan telah mengubah kelamin ratusan anak perempuan dalam setahun, dengan cara memompa obat-obatan hormon ke tubuh mereka. Lalu, dokter akan ‘membuat’ penis menggunakan jaringan dari organ kelamin bocah perempuan. 

Menurut koran terkemuka India, Hindustan Times, tren mengejutkan ini dikenal sebagai ‘genitoplasty.’ Para orang tua kaya asal Delhi dan Mumbai dilaporkan berbondong-bondong ke Indore untuk mendapatkan operasi ganti kelamin dengan biaya relatif murah. Sekitar 2.000 poundsterling atau Rp27,6 juta untuk mengganti kelamin putri mereka.

Pemerintah Daerah Madhya Pradesh, India, melakukan investigasi terhadap kasus operasi kelamin. Lebih dari 300 anak perempuan di India diduga dioperasi kelaminnya menjadi laki-laki atas permintaan orang tua. Sejumlah dokter dituduh melakukan operasi itu atas permintaan orang tua yang ingin memperbaiki keadaan ekonominya. Para dokter itu diduga menerima bayaran Rp 27 juta lebih untuk setiap operasi kelamin.

Seperti yang dilaporkan oleh The Telegraph, Senin (27/6/2011), pegiat hak anak dan perempuan mengutuk praktik tersebut sebagai kegilaan sosial yang menghina perempuan India.

Masyarakat di India lebih memilih anak laki-laki antara lain dengan melakukan pengguguran kandungan pada bayi perempuan. Mereka khawatir anak perempuan akan menjadi beban ekonomi mereka dengan biaya pernikahan yang tinggi maupun biaya mahar yang mahal. Sekarang ini terdapat tujuh juta lebih anak laki-laki usia di bawah tujuh tahun dibandingkan perempuan yang jumlahnya lebih sedikit.

Para pegiat menyatakan bahwa anak-anak perempuan di India tidak aman walaupun mereka tidak diaborsi dan berhasil dilahirkan. Praktik operasi kelamin ini terungkap setelah media melaporkan bahwa anak-anak di India dioperasi oleh dokter di Indore, Madhya Pradesh.

Para dokter membantah investigasi tersebut dengan menyatakan para anak perempuan yang dioperasi itu memiliki kelainan kelamin. Mereka dikirim ke klinik oleh orang tuanya untuk menjalani operasi ‘perbaikan’. Hanya anak yang lahir dengan dua alat kelamin saja yang bisa dioperasi. Namun, para pegiat menyatakan orang tua dan dokter salah dalam melakukan identifikasi kelamin dengan mengubah kelamin dari perempuan menjadi laki-laki.

Operasi itu dikenal dengan sebutan genitoplasty, yakni dengan membentuk penis dari organ perempuan kemudian anak disuntik hormon laki-laki. Dokter VP Goswami, Presiden Akademi Paediastrik India di Indore, menyatakan temuan kasus itu sangat mengejutkan. Ia mengingatkan kepada orang tua bahwa operasi itu bisa mengakibatkan anak mereka mandul dan tidak subur ketika mereka dewasa.

Genitoplasty itu memungkinkan dilakukan pada bayi normal, baik laki-laki atau perempuan, tetapi organ itu nantinya tidak akan tumbuh normal dengan pengaruh hormonal,” katanya. Goswami menyatakan akan menindaklanjuti temuan ini. Ia memperingatkan para orang tua untuk mempertimbangkan dampak sosial psikologis terhadap anak yang menjalani operasi kelamin. [taz/tin, viv]


latestnews

View Full Version