ADEN, YAMAN (voa-islam.com) - Bentrokan terbaru antara pasukan dan pejuang Al-Qaida menewaskan lima tentara Yaman, Kamis, dan menjadikan korban di pihak militer pemerintah bertambah menjadi 135 prajurit sejak pejuang Islam menguasai hampir sebagaian besar wilayah Zanjibar di provinsi Abyan, Yaman Selatan.
"Lima prajurit tewas dan enam orang cedera dalam pertempuran hebat dengan pejuang Al-Qaida di wilayah timur Zinjibar," kata seorang pejabat militer, dengan menambahkan bahwa di pihak musuh juga ada korban tewas dan cedera.
Seorang petugas medis di kota berdekatan Aden mengkonfirmasi jumlah kematian itu.
Pertempuran berkobar sejak Rabu di daerah sekitar stadion Al-Wahda di pinggiran Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai pejuang Muslim sejak sebulan lalu.
Militer Kamis menembakkan peluru artileri ke stadion itu dan "berhasil menguasainya lagi", kata pejabat itu.
Sumber yang sama mengatakan, Rabu, jatuhnya stadion itu ke tangan pejuang Islam membuat pasukan kehilangan sebuah lokasi strategis karena persenjataan telah diangkut dengan helikopter untuk brigade yang ditempatkan di sana, lapor AFP.
Sebanyak 48 orang, termasuk 30 prajurit dan empat warga sipil, tewas dalam pertempuran sengit Rabu antara pasukan pemerintah dan militan yang terkait dengan Al-Qaeda di Yaman selatan.
"Sebanyak 30 prajurit dan 4 warga sipil tewas sementara 14 pejuang Al-Qaida" gugurdalam bentrokan tersebut, kata satu sumber militer, Rabu.
Kekerasan Kamis itu meningkatkan jumlah kematian militer menjadi 135 sejak pejuang Islam bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei.
..Kekerasan Kamis itu meningkatkan jumlah kematian militer menjadi 135 sejak pejuang Islam bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei..
Para pejabat keamanan mengatakan bahwa para pejuang itu adalah Al-Qaeda, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Sheikh Usamah Bin Ladi dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).
Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.
Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.
AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.
Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.
Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (up/ant)