SYDNEY (voa-islam.com) – Hizbut Tahrir Australia menggelar Konferensi Khilafah yang bertema “Uprising in The Muslim World – On the Road to Khilafah” di Sydney, Australia (3/7/2011). Konferensi ini adalah salah satu bagian dari Konferensi Khilafah yang diselenggarakan secara bersamaan di seluruh dunia selama bulan Rajab termasuk di Indonesia.
Pada pengantar konferensi, Mustaq Koya memaparkan bahwa saat ini telah terjadi suatu gerak pemberontakan umat Islam untuk membebaskan diri dari cengkeraman penguasa tirani di beberapa negeri mayoritas berpenduduk Islam, hanya saja gerakan ini menimbulkan pertanyaan apakah gerak ini dilandaskan pada ideologi Islam atau ada agenda lain di balik itu.
Ada 5 pembicara yang menyampaikan materi pada konferensi khilafah ini. Pada kesempatan pertama Mohammed Jeelani menyampaikan akibat jatuhnya negara Islam (khilafah) pada tahun 1924 di Turki terjadi kolonialisasi oleh Inggris, Prancis dan Eropa dan negara Islam menjadi terpecah-pecah menjadi berbagai negara, dan sejak itu terjadi persekongkolan antara negara-negara kolonialis termasuk Israel dengan pemimpin-pemimpin diktator di negara-negara mayoritas berpenduduk muslim untuk mengeksploitasi kekayaan/sumber daya alam yang ada, persekongkolan ini menyebabkan penderitaan yang panjang bagi umat Islam di seluruh dunia.
Pembicara kedua, Fatima Ardati menyampaikan tentang resistensi dan kebangkitan umat Islam. Resistensi yang terjadi karena perlakuan represif terhadap umat Islam serta kolonialisasi di berbagai negara seperti Palestina, Libya, Afghanistan, Algeria, Tunisia, Iraq dan negeri-negeri Muslim lainnya. Saat ini umat Islam di berbagai negeri Muslim mempunyai kesadaran yang tinggi untuk bangkit melawan tindakan diktator penguasa-penguasa boneka yang tunduk pada kepentingan negara-negara kolonial.
Pembicara ketiga, Bilal Merhi mempertanyakan tentang gerak pemberontakan umat Islam di berbagai negeri-negeri Islam terhadap penguasa-penguasa tirani di tahun 2011. “Gerakan pemberontakan-pemberontakan itu sebuah harapan atau khayalan belaka?” ujarnya. Menurtutnya, gerak pemberontakan yang dilakukan umat Islam saat ini di berbagai negara Muslim menunjukkan bahwa umat Islam tidak tidur dan sedang menuju kebangkitan Islam terutama generasi muda Islam.
Anggapan bahwa gerak pemberontakan umat yang terjadi saat ini adalah hasil rekayasa negara-negara barat adalah anggapan yang sangat meracuni umat Islam, sebab sesungguhnya gerak pemberontakan umat Islam saat ini menunjukkan bahwa kemuakan umat Islam terhadap penguasa-penguasa korup yang ada di negara-negara Islam sudah mencapai titik klimaks. Gerak pemberontakan-pemberontakan yang terjadi ini menunjukkan bahwa umat Islam mempunyai perasaan dan kepedulian yang sama melihat penderitaan umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di tahun 2011 ini adalah harapan bagi kebangkitan umat Islam.
Pembicara keempat, Wassiem Doureihi berbicara tentang usaha-usaha negara Barat untuk menggagalkan kebangkitan umat Islam. Saat ini negara Barat terus mempropagandakan perang terhadap Islam, salah satu caranya dengan terus menggulirkan isu terorisme, termasuk menggolongkan aktivitas umat islam yang menginginkan tegaknya kembali khilafah sebagai aktivitas terorisme.
Pemberontakan umat Islam yang terjadi saat ini adalah murni dari keinginan umat Islam untuk bangkit, tetapi negara Barat berusaha membajaknya dan mengarahkan agar pemberontakan umat Islam ini tidak berbuah kebangkitan umat Islam, tetapi mengarahkan sesuai dengan agenda dan keinginan Barat.
Pembicara kelima Shafi ul-Haq sebagai pembicara terakhir memaparkan tentang Jalan menuju tegaknya Khilafah hanya masalah waktu saja meskipun jalan tersebut tidaklah mudah. Permasalahan belum tegaknya khilafah saat ini bukan karena umat Islam tidak mempunyai sumber daya, melainkan disebabkan karena salah mengurus semua potensi yang ada oleh rezim penguasa korup di negeri-negeri Muslim. Untuk mewujudkan tegaknya kembali khilafah dibutuhkan kontribusi umat Islam dan dukungan militer yang ada di negeri-negeri Muslim. Tugas berat untuk menegakkan kembali khilafah ini tidak bisa dilaksanakan secara individual tetapi harus dilaksanakan secara berjamaah.
Di sepanjang acara diputar beberapa film dokumentar pendek yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Acara yang dihadiri lebih dari 1.000 orang ini diliput oleh media cetak maupun TV yang ada di Australia. [BPK]