NAIROBI, KENYA (voa-islam.com) - Kelaparan diperkirakan meluas ke dua daerah baru Somalia selatan dimana jutaan orang menghadapi kekeringan ekstrim, kata seorang pejabat tinggi PBB untuk Somalia, Rabu.
"Kami memperkirakan bahwa dua daerah lagi di Somalia selatan akan dimasukkan (ke dalam zona kelaparan)," kata Mark Bowden, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia, kepada AFP.
Daerah-daerah Juba Tengah dan Juba Hilir diperkirakan akan ditambahkan ke lima daerah lain yang sudah diumumkan PBB sebagai zona kelaparan, termasuk bagian-bagian ibu kota, Mogadishu, yang dilanda perang, katanya.
"Daerah-daerah ini diperkirakan masuk, dan kami hanya menunggu analisa statistik untuk konfirmasi," kata Bowden.
PBB menyebut Somalia, yang dilanda perang saudara sejak 1991, menghadapi krisis kemanusiaan paling parah di dunia.
Bulan lalu, PBB mengumumkan kelaparan di daerah-daerah Bakool selatan dan Shabelle Hilir di Somalia selatan. Badan dunia itu kemudian mengumumkan tiga daerah lagi, termasuk koridor Afgoye, kamp pengungsi terbesar di dunia.
Di zona kelaparan, sedikitnya 20 persen rumah tangga menghadapi kekurangan pangan ekstrim, kekurangan gizi akut di 30 persen penduduk, dan dua kematian per 10.000 orang setiap hari, menurut definisi PBB.
"Deklarasi kelaparan itu meningkatkan secara cepat dukungan dan pendanaan internasional," kata Bowden, dengan menambahkan bahwa lebih dari 280 juta dolar dari bantuan yang dijanjikan telah diterima.
..Kami memperkirakan bahwa dua daerah lagi di Somalia selatan akan dimasukkan (ke dalam zona kelaparan)..
Dari satu milyar dolar yang dibutuhkan untuk Somalia, 57 persen telah dipenuhi, kata pejabat PBB itu, termasuk 350 juta dolar yang dijanjikan pekan lalu oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OIC).
Kondisi kelaparan itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan pejuang Islam Al-Shabaab.
Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan pada Juli mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan supaya tidak tercipta ketergantungan di masyarakat.
Al-Shabaab sendiri menuduh PBB telah melebih-lebihkan keparahan kekeringan yang tengah mencengkeam selatan negara itu dan mempolitisir krisis kemanusiaan yang tengah terjadi.
“Kami mengatakan (deklarasi PBB) 100 persen salah dan merupakan propaganda tak mendasar. Ya, terdapat kekeringan namun kondisinya tidak seburuk yang mereka katakan,” ujar juru bicara Al Shabaab, Sheikh Ali Mohamud Rage dalam sebuah konferensi pers.
“Mereka memiliki tujuan lain dan tidak mengejutkan kami jika mereka mempolitisir situasi.”
Al-Shabaab yang ingin menegakkan Syariat Islam di negara Tanduk Afrika mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah untuk sementara Somalia dukungan PBB untuk yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. (by/ant,ar)