Oleh : Ghiyast Abdul Baqi
Jamiah Malik Abdul Aziz Jeddah, Jamaat Huquq Al Insan fi Suriah
Suriah terbakar sejak 15 Maret 2011, demonstrasi dilakukan oleh rakyat di berbagai kota dan desa. Rakyat menuntut atas kesamaan hak, kebebasan, dan kehidupan yang aman. Mereka juga menuntut kebebasan bersuara dan negara demokrasi yang beradab.
Negara demokrasi yang mereka inginkan akan mewujudkan kesetaraan hak warga negara untuk hidup dengan sejahtera tanpa adanya penindasan dan ketakutan atas jeruji besi penjara. Demokrasi dengan tanpa peralatan kepolisian yang menindas. Tanpa tank-tank militer yang menggilas warga.
Sejak tanggal 15 Maret 2011, sederet lembaga militer yang dipimpin oleh Bashar Assad, sang Presiden, dan Menteri Dalam Negeri Suriah, meliputi 17 lembaga militer negara, intelijen, dan pasukan khusus kepresidenan telah membunuh para demonstran yang tak berdosa. Para demonstran turun ke jalan dengan telanjang dada, tanpa membawa batu, tongkat ataupun senjata lainnya. Mereka hanya berteriak: “Damai… Tanpa Kekerasan… Kebebasan… Kehormatan Negara…”
Hingga saat ini jumlah korban terbunuh akibat peluru-peluru pasukan militer negara telah mencapai lebih dari 5.000 orang. Bahkan anak-anak kecil pun terbunuh karena mereka menuliskan di tembok-tembok sekolah mereka:
“Kita ingin kebebasan… Kita ingin merdeka… dan kami tidak rukuk kecuali kepada Allah “
Sekarang di penjara–penjara Suriah, lebih dari 100.000 orang di kerangkeng, mereka adalah sebaik-baik pemuda tanah air. Dan tidak diketahui entah berapa yang sudah dibunuh dengan disiksa dan seberapa yang masih hidup di penjara-penjara.
Pasukan militer negara juga telah menangkap lebih dari 70.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah para aktivis kampus, para guru, dokter, pengacara, para ulama, juga para cendekiawan yang pada umumnya masih berusia muda.
Militer Suriah pun telah melakukan sekian penindasan di dalam penjara. Penindasan dan penyiksaan yang sangat kejam dan sadis. Ada sekitar 20.000 tawanan politik yang saat ini berada dalam penyiksaan militer. Selain itu, ada pula sekitar 20.000 orang yang terluka akibat peluru-peluru militer, bahkan sebagian dari mereka cacat dan buntung.
Melihat kejadian yang ada di tengah rakyat Suriah itu, ada sebuah pertanyaan penting. Mengapa rakyat Suriah baik di kota ataupun desa turun ke jalan menuntut revolusi, kebebasan, demokrasi, dan perubahan ?
Hal yang pasti telah terjadi dalam sejarah Suriah adalah bahwa rezim militer telah menguasai sistem kenegaraan Suriah sejak kudeta militer yang terjadi pada tahun 1963. Dan di tahun 1970, sang Jenderal yang bengis, Hafidz Assad mulai memegang kepemimpinan dan menjadi presiden setelah kudeta militer yang menewaskan puluhan jenderal dan tentara, juga ratusan warga sipil.
Pada Tahun 1973, Suriah di bawah pemerintahan Presiden Hafidz Al Assad mengalami kekalahan telak di hadapan Golan. Di tahun 1979 Presiden Al Assad melakukan pembantaian terhadap para pemimpin Ikhwanul Muslimin, para pengacara, insinyur, dokter, yang notabenenya menolak pemerintahan Hafidz Al Assad.
Pada tahun 1980 rezim Hafidz Al Assad kembali melakukan pembantaian di penjara kota Tadmur. Kali ini pembantaian tersebut dipimpin oleh seorang Jenderal yang memimpin pasukan khusus kepresidenan atas perintah Hafidz Al Assad. Dalam pembantaian tersebut jumlah korban mencapai 1200 orang yang terdiri dari tokoh oposisi, cendekiawan, ulama, dan para dosen perguruan tinggi.
Tahun 1982 tentara Suriah di bawah kendali presiden Hafidz Al Assad dan saudaranya Raf’at Al Assad kembali melakukan pembantaian terhadap kota Hama. Dalam penyerangan selama 1 bulan mereka berhasil menguasai kota dan membantai lebih dari 70.000 penduduk kota hama. Mereka menculik lebih dari 20.000 penduduk, melakukan pemerkosaan terhadap wanita, menghancurkan rumah, bangunan, masjid, gereja serta pasar. Dalam penyerangan tersebut lebih dari 10.000 penduduk terpaksa mengungsi keluar kota hama.
Tahun 1984, pasukan Suriah memasuki Libanon dan berada di sana dalam kurun waktu yang cukup lama. Selama kurun waktu tersebut mereka kembali melakukan kejahatan dan pembantaian terhadap penduduk Libanon dan juga pengungsi Palestina yang tersebar di berbagai kamp pengungsian di Libanon.
Hafidz Al Assad memerintah sejak 1970 dan meninggal pada tahun 2000 karena menderita penyakit kanker. Selama pemerintahannya, Hafidz Al Assad membantai puluhan ribu penduduk kota Hama, Aleppo, Tadmur, Lattakia, Jisr Suqur, dan lainnya.
Setelah kematian Hafidz Al Assad, Jendral Raf’at Al Assad segera mempersiapkan putra bungsu Hafidz Al Assad yang bernama Bashar Al Assad yang masih berumur 30 tahun untuk menggantikan ayahnya, meskipun langkah tersebut mengharuskan perubahan undang-undang Negara yang dilakukan hanya beberapa jam sebelum pengangkatan Bashar Al Assad menjadi Presiden. Setelah pengangkatannya Bashar Al Assad mengikuti langkah orang tuanya dengan tidak memberikan kebebasan berpendapat, berpolitik, dan berdemokrasi bagi rakyatnya. Selama pemerintahannya kolusi, nepotisme dan korupsi merajalela di berbagai instansi Negara. Penculikan dan penangkapan terhadap para pemikir, cendekiawan, wartawan, dosen, guru dan syaikh semakin menjadi-jadi. Hal tersebutlah yang memaksa masyarakat Suriah turun ke jalan menuntut hak dan menyampaikan aspirasi mereka. Para pemuda turut andil pula, dan mereka harus menghadapi kekuatan senjata rezim al Assad, yang mengakibatkan tertumpahnya darah setiap hari di setiap sudut jalan kota-kota di Suriah .
PBB serta organisasi yang mengawasi masalah-masalah kemanusiaan yang berada di Eropa, Amerika dan Negara-negara Arab, serta mass media baik cetak maupun elektronik membenarkan dan memberikan bukti nyata atas apa yang terjadi di Suriah.
Harapan Rakyat Suriah pada Indonesia
Maka harapan besar kami terhadap bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kebebasan dan keadilan, yang menolak segala bentuk kejahatan untuk ikut menyuarakan:
1. Penolakan terhadap segala bentuk kejahatan militer yang dilakukan rezim Bashar Al Assad.
2. Penolakan terhadap setiap tindakan pembunuhan terhadap anak-anak di kota Damaskus, Dar’a, Homs, Hama, Lattakia, Idlib, dan Dair Zour.
3. Menuntut proses hukum atas segala bentuk kejahatan yang dilakukan rezim Bashar Al Assad dan kelompok-kelompok milisi bayaran yang mendukung rezim tersebut.
4. Pernyataan dukungan bangsa Indonesia terhadap proses demokrasi yang dicita-citakan rakyat Suriah.
5. Bangsa Indonesia ikut turun ke jalan menyatakan dukungan terhadap cita-cita rakyat Suriah dan menuntut proses hukum terhadap rezim yang melakukan pembunuhan, penyiksaan, dan penculikan yang dialami setiap hari oleh rakyat Suriah.
Anda bisa mendengar, membaca, dan mengikuti berita terkini yang terjadi di Suriah baik dalam bahasa Inggris ataupun bahasa Arab. Suriah setiap hari bergejolak menuntut kebebasan dari rezim yang zalim. [voa-islam.com]