TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Sehari setelah pengumuman penangkapan putra mantan diktator Libya, Muammar Kadhafi, Saif al-Islam, Dewan Transisi Nasional (NTC) mengumumkan kembali penangkapan tokoh penting di era Kadhafi yang diburu NTC dan pengadilan Kriminal Internasional. Abdullah Sennussi.
Mantan kepala intelijen Libya Abdullah al-Senussi ditangkap Ahad, kata seorang pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) dan seorang komandan militer.
"Abdullah al-Senussi ditangkap di daerah Al-Guira di Libya selatan," kata pejabat NTC yang menolak disebutkan namanya kepada AFP.
Seorang komandan militer di kota Benghazi, Libya timur, mengatakan, Senussi ditangkap di rumah saudara perempuannya Minggu oleh mantan gerilyawan dari Libya selatan, dan akan diserahkan kepada NTC.
"Kami tidak ragu-ragu mengenai keberadaannya di wilayah itu. Ia ditangkap di rumah saudara perempuannya di Al-Guira dan tidak melakukan perlawanan," kata Bashir Uweidat, yang memimpin dewan militer Wadi Shati.
"Ia akan diserahkan kepada pihak yang berwenang," katanya, dengan menambahkan bahwa Senussi memiliki sejumlah senjata pribadi.
Berita mengenai penangkapannya itu tersiar sehari setelah penguasa baru Libya mengumumkan penangkapan putra Muammar Kadhafi Saif al-Islam, yang juga menjadi buronan selama berbulan-bulan.
Penangkapan Senussi itu juga diumumkan oleh seorang pejabat di Benghazi ketika para pejabat NTC melakukan pertemuan dengan militer.
"Teroris, pembunuh, Abdullah al-Senussi, telah ditangkap," kata pejabat itu, yang mendapat sambutan riuh.
Menteri Pertahanan Jallal al-Digheily, yang menghadiri pertemuan dengan ratusan perwira militer, menyebut penangkapan itu sebagai sebuah "kemenangan".
"Kita berterima kasih kepada Allah atas kemenangan ini," katanya.
Seorang anggota Dewan Thwar (Dewan Revolusioner) di Tripoli juga mengkonfirmasi penangkapan itu.
Muammar Kadhafi, Saif al-Islam (39), dan kepala keamanan Kadhafi serta saudara iparnya, Abdullah al-Senussi (62), menjadi buronan utama setelah rejim Kadhafi terguling.
Mereka diburu oleh Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) dengan tuduhan kejahatan atas kemanusiaan, yang dilakukan setelah meletusnya pemberontakan menentang pemerintah Kadhafi pada pertengahan Februari. ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap ketiga orang itu pada 27 Juni.
Saif al-Islam diburu oleh ICC dalam kaitan dengan kejahatan atas kemanusiaan yang mungkin dilakukan selama penumpasan terhadap pemrotes Libya.
Pada akhir Oktober, seorang jaksa mengatakan, ICC melakukan "kontak informal" dengan Seif melalui perantara.
"Melalui perantara, kami melakukan kontak informal dengan Saif," kata jaksa ICC Luis Moreno-Ocampo dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di kantor pusat pengadilan itu di Den Haag, Jumat (28/10).
"Kantor jaksa menegaskan bahwa jika ia menyerah kepada ICC, ia memiliki hak untuk didengar kesaksiannya di pengadilan, ia tidak bersalah sampai terbukti bersalah," kata Moreno-Ocampo. "Hakim yang akan memutuskan."
Pengumuman ICC mengenai kontak informal dengan Saif itu disampaikan di tengah meningkatnya keresahan internasional berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Kadhafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis (20/10).
Sejumlah pihak meminta penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian Kadhafi.
Para pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) mengatakan, Muammar Kadhafii tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis (20/10). Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.
Muammar Kadhafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.
Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.
Kadhafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (by/ant)