SANA'A, YAMAN (voa-islam.com) - Kepala sekolah Muslim Sunni di provinsi Sa'ada, Yaman utara menyatakan Jihad kepada kelompok pemberontak Syiah Houti karena mereka terus mengepung sekolah tersebut selama lebih dari sebulan, Radad Al Hashimi, seorang mahasiswa di sekolah itu mengatakan kepada Gulf News .
"Imam Darul Hadits di distrik Dammaj, Sheikh Yahya Al Hajouri, telah menyatakan perang terhadap para pemberontak Syiah Houthi yang telah menyerang dan menolak untuk membuka blokade mereka di sekolah itu," kata mahasiswa tersebut.
Al Hashimi, yang telah belajar pendidikan agama di sekolah itu selama 10 tahun, mengatakan bahwa pemberontak Syiah menyerang sekolah dan tempat-tempat Muslim Sunni lainnya di Distrik Dammaj pada hari Sabtu dan Ahad dengan tembakan mortir dan penembak jitu sehingga menewaskan lebih dari 30 mahasiswa, termasuk mahasiswa asing.
Sumber-sumber mengatakan bahwa beberapa mahasiswa yang berasal negara Amerika, Perancis dan Indonesia termasuk di antara mereka yang terbunuh di distrik Dammaj.
Terletak di daerah yang dikuasai oleh pemberontak Houti, Darul Hadits didirikan pada tahun 1980 oleh almarhum Sheikh Muqbil Bin Hadi Al Wadie, seorang ulama Sunni dan saat ini menampung lebih dari 10.000 mahasiswa, 10 persen dari mereka berasal dari Arab, Uni Eropa, Kami dan negara lainnya.
Kehabisan makanan dan air
"Saya telah menerima banyak telepon dari saudara-saudara kami dari UEA, Arab Saudi, Kanada dan negara lain yang penuh semangat, siap untuk bergabung masuk. Kami belum perlu bantuan mereka saat ini karena banyak suku yang bergegas untuk mendukung. Tapi jika kita tidak bisa mengalahkan mereka, kami akan meminta bantuan kepada saudara-saudara kita dari luar," tambah Radad Al Hashimi.
..Sumber-sumber mengatakan bahwa beberapa mahasiswa yang berasal negara Amerika, Perancis dan Indonesia termasuk di antara mereka yang terbunuh di distrik Dammaj..
"Karena blokade itu, para keluarga terpaksa tinggal di subsisten Mereka kehabisan bahan bakar, makanan dan air minum.."
Pemberontak Syiah Houthi, yang memberontak kepada pemerintah Yaman setelah enam perang sporadis sejak 2004, membantah tuduhan pembunuhan siswa di distrik Dammaj dan menuduh media menerbitkan cerita-cerita palsu dan tidak berdasar. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis kepada pers, kelompok pemberontak Syiah Houthi mengatakan bahwa kaum Salafi di sekolah tersebut mengangkat slogan yang melabeli mereka sebagai orang kafir yang menyesatkan.
Tidak ada obat-obatan
Setelah mendengar tentang penyerangan itu, sekelompok warga Yaman berjumlah 13 orang yang terdiri dari aktivis kemanusiaan dan wartawan menuju ke daerah itu untuk meneliti situasi. Para pemberontak Syiah Houthi menghentikan mereka di luar sekolah dan hanya diizinkan tiga aktivis untuk mengunjungi sekolah.
"Orang-orang di sekolah yang dikepung hidup dalam situasi yang sangat tidak berperikemanusiaan. Tidak ada obat dan makanan dan orang-orang terluka yang mati kehabisan darah karena kurangnya dokter dan obat-obatan" Mohammad Al Ahmadi, anggota kelompok mengatakan kepada Gulf News.
"Lebih dari 26 orang tewas dalam dua hari penembakan. Keluarga yang kelaparan dan banyak anak yang bisa segera mati. para pemberontak Syiah memperlakukan para aktivis secara kasar dan menyita memori kamera saya. Mereka takut bahwa kami akan mempublikasikan foto-foto tentang kebiadaban mereka yang kitadapatkan dari sekolah tersebut." (by/gn,yob)